Jayapura, Jubi – Kekurangan kurator atau pamong budaya di Tanah Papua, UPT. Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih Jayapura bekerjasama dengan Yayasan Pace dari Belanda akan menggelar pelatihan kurator di Kota Jayapura, Provinsi Papua pada April 2024 mendatang. Pelatihan itu digelar untuk menghasilkan kurator-kurator baru yang disiapkan bagi provinsi-provinsi baru di Tanah Papua.
Hal itu disampaikan, kurator kedua di Tanah Papua setelah Arnold Clemens Ap, Enrico Yory Kondologit, kepada Jubi saat ditemui di ruang kerjannya di UPT. Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih (Uncen), Kota Jayapura, Provinsi Papua pada Rabu (3/1/2023).
“Tahun 2024 ini kami akan bikin pelatihan kurator untuk kurator-kurator baru di Tanah Papua, secara spesifik untuk kami bisa bagikan ke provinsi-provinsi baru supaya mereka kalau mau mendirikan museum sudah ada kurator-kurator baru,” ujarnya.
Kondologit mengatakan pelatihan kurator itu diutamakan perwakilan dari tujuh wilayah budaya di Tanah Papua, masing-masing dua orang perwakilan, terutama anak-anak muda lulusan sarjana antropologi dan sejarah. Pelatihan itu akan dilakukan selama sebulan di Kota Jayapura dengan mendatangkan pelatih-pelatih dari Belanda.
“Kami mungkin akan pilih 14 orang, perwakilan dari tujuh wilayah budaya untuk dikasih pelatihan. Mereka dari Belanda datang kasih pelatihan di sini [Jayapura],” ujarnya.
Lebih lanjut Kondologit mengatakan dalam pelatihan itu akan dilakukan seleksi secara ketat hingga sedikitnya dua orang peserta pelatihan yang dinilai terbaik akan diberangkatkan ke Belanda untuk mengikuti pelatihan kurator secara mendalam.
Kondologit mengatakan untuk mendapatkan kurator muda di Papua paling sulit. Menurutnya, sejauh ini Tanah Papua hanya memiliki dua kurator, yakni Arnold Clemens Ap yang juga sebagai pendiri grup musik Mambesak sebagai kurator pertama, yang meninggal dunia pada 1984, dan yang kedua dirinya yang mendapatkan sertifikasi kurator pada 2014.
“Setelah 30 tahun baru ada kurator baru di Tanah Papua,” ujarnya.
Kurator museum menjadi penting karena kurator akan mengabadikan, mengawasi, merawat, dan meneliti setiap unsur seni dan budaya yang tersebar di tujuh wilayah budaya di Tanah Papua. (*)