Jayapura, Jubi – Dewan Kota Port Vila (PVCC) telah memperhatikan dan akan menangani tindakan vandalisme graffiti yang dilakukan oleh beberapa remaja di Port Vila baru-baru ini.
Penduduk di kota Port Vila telah melaporkan adanya graffiti pada rambu jalan, dinding, dan bangunan umum lainnya, dengan beberapa karya seni menampilkan bahasa yang menyinggung dan mencemarkan nama jalan.
“Komunitas mengungkapkan kekhawatirannya atas kesan negatif yang ditimbulkan terhadap pengunjung Port Vila,”demikian dikutip Jubi dari dailypost.vu Jumat (5/1/2024).
Jalanan di Port Vila, mulai dari Bandara hingga kawasan Nambatri 3, dan komunitas lokal sekitarnya seperti Ohlen dan Freswota, telah menjadi kanvas bagi sebagian remaja tanpa izin yang semestinya.
Mengingat pariwisata merupakan komponen penting perekonomian Vanuatu, masyarakat sangat ingin memastikan, Port Vila tetap menjadi tujuan menarik bagi pengunjung. Otoritas lokal, PVCC, kini berada di bawah pengawasan media sosial terkait rencana mereka untuk mengatasi masalah ini dan mengembalikan daya tarik visual kota tersebut.
Namun, PVCC telah mengakui masalah ini dan sedang dalam proses mengembangkan strategi komprehensif untuk mengatasi masalah graffiti remaja. Menurut Penjabat Panitera Kota PVCC, dewan akan menggunakan peraturannya untuk menangani remaja yang melakukan vandalisme graffiti di Port Vila.
Ia juga menyatakan, saat ini PVCC mengetahui adanya anak-anak muda yang membuat graffiti di sekitar Port Vila dan yang bisa mereka lakukan saat ini hanyalah meningkatkan kesadaran mengenai isu tersebut dan menciptakan pemahaman umum bahwa melakukan tindakan seperti itu adalah salah.
“Penegakan peraturan akan mengikuti langkah ini, tapi sebagian besar untuk mengendalikan dan menghentikan graffiti,” katanya.
Penduduk Port Vila mendesak pihak berwenang mengambil tindakan cepat untuk mengekang tren ini. Saran yang diberikan mencakup peningkatan pengawasan, program keterlibatan masyarakat, dan inisiatif pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang dampak graffiti terhadap reputasi kota.
Namun, Alfred Tony Tama, seorang seniman yang diakui secara internasional dalam perjalanannya baru-baru ini ke Jepang, mendesak Pemerintah untuk mempertimbangkan masalah yang terjadi terkait dengan graffiti.
Dia mengatakan para remaja yang memegang semprotan tersebut untuk disemprotkan ke dinding adalah seniman sendiri, dan pemerintah harus turun tangan untuk mencari cara untuk melatih mereka sehingga mereka dapat terus melakukan penyemprotan dengan cara yang baik sehingga dapat menarik pengunjung.(*)