Wamena, Jubi – Anggota Majelis Rakyat Papua Pegunungan atau MRPP, Ismail Asso menyampaikan permohonan maaf kepada Uskup Jayapura atas unggahan pesannya ke aplikasi WhatsApp yang dinilai sejumlah pihak merendahkan Uskup Jayapura. Ia menyatakan tidak memiliki niat untuk merendahkan Uskup Jayapura.
Permintaan maaf itu disampaikan Ismail Asso melalui panggilan telepon pada Sabtu (3/1/2024) dini hari. Asso menyatakan unggahan percakapannya di WhatsApp tidak memiliki niatan untuk sengaja menghina atau mengejek Uskup Jayapura, Mgr Yanuarius Theofilus Matopai You.
“Saya sejatinya, tidak ada pretensi atau niatan apa pun secara sengaja untuk menghina atau mengejek Uskup Jayapura, Mgr Yanuarius Theofilus Matopai You. Saya hanya inginkan agar siapa pun itu dia, dan dalam kapasitasnya sebagai apapun, tidak boleh mengintervensi, mendikte urusan rumah tangga orang, lebih khusus bicara terkait dengan penempatan/lokasi Kantor Gubernur Papua Pegunungan di atas tanah adat milik orang Welesi,” ujar Ismail Asso.
Menurutnya, pihak yang memiliki hak penuh untuk berbicara terkait dengan penempatan/lokasi kantor gubernur seluas 10,8 hektare itu adalah orang Walesi sendiri, yaitu lima suku/klan yang ada di Walesi. Kelima klan itu adalah Suku Yelipele, Lanny-Matuan, Lanny-Wetapo, Assolipele, dan Yelipele-Elopere.
“Selain atau di luar dari lima suku besar itu kami minta tidak ikut campur atau intervensi, karena kami orang Welesi bukan bodoh dan tidak tahu apa-apa. Jadi apapun pangkat atau statusnya, kami minta jangan sesama kita saling mendikte, urusan internal sesama kita. Itu saja [maksud unggahan saya], tidak ada maksud lain,” kata Asso.
Asso meminta maaf jika unggahan pesannya yang menimbulkan penilaian dari banyak pihak bahwa ia merendahkan Uskup Jayapura. “Saya secara pribadi, atas nama Ismail Asso, dengan ini mengucapkan mohon maaf dan klarifikasi atas ucapan atau tulisan terkait Bapak Uskup. Saya benar mengatakan itu karena saya menilai beliau telah ikut mengintervensi atau bicara terkait dengan lokasi penempatan kantor gubernur di Welesi. Jadi mohon maaf,dalam kapasitas apapun, beliau tidak berhak untuk bicara soal tanah adat milik lima suku besar yang ada di Welesi,” kata Asso.
Asso juga meminta maaf kepada seluruh pihak terkait, khususnya untuk umat Katolik yang ada di Papua, dan pihak yang merasa tersinggung atas pernyataan dirinya. “Karena saya tidak pernah mau menghina orang, itu tidak ada. Apalagi seorang Uskup Jayapura. Jadi saya minfa maaf, itu saja,” kata Asso.
Pada 1 Februari 2024, Koalisi Umat Katolik Papua di Kota Jayapura mengadukan Ismail Asso ke Kepolisian Daerah Papua atas dugaan unggahan pesan dalam aplikasi WhatsApp yang dinilai telah merendahkan Uskup Jayapura. Anggota Majelis Rayat Papua Pegunungan itu juga telah dilaporkan ke Kepolisian Resor Jayawijaya di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, atas unggahan pesan WhatsApp yang sama.
Saat ditemui di Kota Jayapura, Provinsi Papua, pada Sabtu, Uskup Jayapura, Mgr Yanuarius Theofilus Matopai You menyatakan beliau memaafkan Ismail Asso atas unggahan pesan WhatsApp itu. Akan tetapi, Mgr Yanuarius memahami banyak umat Katolik yang marah, dan meminta Ismail Asso membuat permintaan maaf tertulis kepada dirinya selaku Uskup Jayapura maupun kepada umat Katolik.
“Pada prinsipnya, saya memberikan maaf kepada dia [Ismail Asso],” ujar Mgr Yanuarius.
Mgr Yanuarius menyayangkan pernyataan Ismail Asso. Mgr Yanuarius mengatakan sebagai tokoh agama dan anggota Majelis Rakyat Papua Pegunungan, seharusnya Ismail Asso tidak mengeluarkan pernyataan yang merendahkan orang lain.
Mgr Yanuarius mengatakan permintaan maaf yang disampaikan Ismail Asso melalui video yang diunggah ke media sosial tidaklah cukup. Mgr Yanuarius meminta Ismail Asso membuat surat permintaan maaf secara resmi kepada dirinya selaku Uskup Jayapura, dan juga permintaan maaf kepada umat Katolik.
“Saya secara pribadi meminta Saudara Ismail Asso, silahkan membuat satu surat untuk meminta maaf kepada saya sebagai Uskup Jayapura, dan meminta maaf kepada umat yang saya pimpin. Itu yang saya minta kepada Ismail Asso. Jadi tidak cukup minta maaf [secara lisan]. Dia secara gentleman memberikan surat permohonan maaf, [dan sampaikan] di media supaya semua pihak bisa lihat. Saya minta dia supaya minta maaf secara tertulis kepada umat yang saya pimpin, dari dia terhadap saya [dan umat]. Saya minta seperti itu,” katanya. (*)
Discussion about this post