Jayapura, Jubi – Konflik bersenjata kini terjadi menyebar luas di Tanah Papua dibandingkan sebelumnya. Bila dahulu hanya terjadi di satu atau dua tempat di Papua, kini telah menyebar luas hingga ke beberapa tempat yang membuat masyarakat sipil turut menjadi korban kekerasan.
Hal itu disampaikan Direktur Aliansi Demokrasi untuk Papua atau ALDP, Latifah Anum Siregar, saat ditemui Jubi setelah sesi pemaparan materinya mengenai Strategi Liputan Keamanan, kepada 13 calon reporter, di Kantor PT. Media Jubi Papua, Waena, Kota Jayapura, Jumat (17/11/2023).
Anum Siregar mengatakan, “kekerasan yang mengorbankan masyarakat sipil hari ini di Papua itu oleh karena konflik senjata. [Saat ini konflik bersenjata] terjadi di berbagai tempat di Papua. Dulu kan hanya 1 atau 2 tempat atau di bagian wilayah tertentu saja”.
Lebih lanjut Anum Siregar mengatakan konflik bersenjata yang menyebar di berbagai tempat itu kerap terjadi di tengah – tengah ruang publik sehingga masyarakat sipil menjadi korban yang paling banyak.
Dia juga mengatakan bahwa hal itu dapat dicek dari data-data yang dikeluarkan Lembaga Swadaya Masyarakat atau LSM dan lembaga gereja yang menangani masyrakat korban, “itu paling banyak di daerah konflik contohnya di Nduga dan Yahukimo, banyak sekali pengungsi disana, mereka mengungsi sampai ke Wamena, Timika dan wilayah-wilayah (lain) di Papua,” ujar Anum Siregar.
Saat sebaran konflik bersenjata bergerak ke Maybrat, Papua Barat Daya, masyarakat juga banyak sekali yang mengungsi sehingga saat ini mereka tidak mendapatkan pelayanan dari pemerintah untuk memenuhi hak – hak mereka seperti pendidikan, karena banyak anak – anak yang tidak sekolah.
Hak – hak lainnya yang juga dibutuhkan masyarakat sipil yaitu kesehatan terutama pada ibu dan anak yang sakit dan juga yang meninggal.
Selanjutnya dalam hal pemenuhan ekonomi, mereka (para pengungsi) tidak bisa makan secukupnya, karena misalnya mereka yang sudah mengungsi lama di Wamena tidak bisa berkebun dengan bebas, sebab masyarakat adat sudah punya wilayahnya mereka masing-masing.
“Jadi kalau mereka di kasih pinjam tempat untuk menanam [atau berkebun] itupun tidak cukup untuk menghidupi dirinya maupun keluarga, apalagi jumlah pengungsi itu sangat besar,“ kata Direktur ALDP. (*)