Jayapura, Jubi – Penyakit demam babi atau African Swine Fever (ASF) hingga saat ini belum mewabah di Provinsi Papua Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua, Irene Pagawak mengatakan, penyakit ASF merupakan penyakit babi. Penyakit itu menimbulkan berbagai macam pendarahan organ internal pada babi. Sehingga virus ASF sangat menular dengan angka kematian babi sangat tinggi
Pagawak mengatakan, virus ASF itu sudah mewabah di Timika, Provinsi Papua Tengah, sejak awal Januari 2024. Hingga kini di Timika mengalami kematian per hari berkisaran 200 ekor babi.
“Kami setelah mendapatkan informasi tersebut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di Provinsi Papua tidak tinggal diam, sejak awal Februari 2024 melalui Dinas Perkebunan dan Peternakan dipimpin kepala bidang Irene Pagawak melaksanakan langkah-langkah saat ini belum menemukan kasus yang mengarah ke virus ASF,” katanya di Kota Jayapura, Kamis (1/3/2024).
Sejak awal Februari 2024, pihaknya melakukan survei di tiga kabupaten/kota yakni Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom dan Kota Jayapura, sekaligus melibatkan instansi dari balai besar karantina hewan ikan dan tumbuhan, serta loka veteriner Jayapura. Semua personil itu bergabung lalu melakukan survei, tetapi hingga saat ini belum menemukan penyakit ASF itu.
“Kami sudah melakukan survei di tiga kabupaten atau kota tersebut tepatnya di rumah makan atau warung yang menjual daging. Namun, belum menemukan virus demam babi ASF itu di Provinsi Papua,” katanya.
Menurutnya, penyakit ASF hanya menyerang babi. Namun, bila ada babi yang mati tidak boleh dikonsumsi.
Pada pertengahan Februari 2024 pihak Pagawak menggelar rapat koordinasi, yang dihadiri seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Papua. Tujuannya agar menjaga di Papua itu bebas dari penyakit ASF babi.
Pagawak berkata, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Papua melarang daging babi dan olahannya dari daerah tertular, termasuk dari Timika. Pihaknya juga akan memantau ke pasar dan rumah makan.
Pihaknya bahkan sudah menyurati Angkasapura dan pelabuhan untuk memperketat pengawasan di bandara dan pelabuhan.
Masyarakat tetap waspada
Meski Papua terbebas dari virus ASF, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Papua tetap mengingatkan masyarakat di provinsi ini agar tetap waspada. Masyarakat juga diingatkan untuk tetap menyemprot ternak babi dan kandang masing-masing, untuk menghindari penyebaran virus ASF.
Pagawak mengatakan, potensi peternakan babi di Provinsi Papua mestinya dipertahankan dan terbebas dari serangan penyakit hewan menular strategis, salah satunya ASF. Penyakit itu menyerang pada ternak babi. Sifatnya sangat menular serta angka kematian mencapai 100 persen, hingga umumnya akan berakhir kematian karena belum ada obat dan vaksinnya.
“Perlu ketahui penularan penyakit ASF sangat cepat melalui kontak langsung, antara babi sakit dengan babi sehat secara individu atau kelompok, maupun melalui daging olahannya,” katanya.
Menurutnya, penularan itu bisa saja terjadi melalui makanan sisa dari pesawat, kapal, rumah atau warung makan dan restoran. Jika masyarakat mendapatkan sisa-sisa makanan seperti itu, masakan tersebut mesti diolah kembali dengan sempurna, agar aman dari penularan virus ASF pada babi hidup.
Ia menambahkan, hasil survei pihaknya belum ditemukan adanya tanda-tanda klinis kasus ASF. Tetapi pihaknya menemukan salah satu rumah makan pemasukan produk daging babi dari kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara di kawasan Skyline Jayapura.
“Adapun selain itu banyak ditemukan (di) rumah-rumah makan yang menjual daging babi yakni Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura,” ujar Pagawak. (*)