Jayapura, Jubi โ Sejumlah mahasiswa penerima program beasiswa Papua hingga Kamis (5/1/2023) belum menerima pembayaran biaya pendidikan dan biaya hidup. Para mahasiswa itu tengah berkuliah di Amerika Serikat, Rusia, Selandia Baru, dan Indonesia. Beberapa mahasiswa penerima beasiswa Papua terpaksa ย bekerja atau menggunakan biaya pribadi untuk membayar biaya pendidikan mereka.
Ketua Perhimpunan Perwakilan Orang Tua Mahasiswa Beasiswa Papua, Nerius Eli Ayomi menyatakan sedikitnya ada 17 mahasiswa beasiswa Papua yang belum mendapatkan kiriman biaya hidup dari Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Papua. Sejumlah 16 orang diantaranya adalah mahasiswa yang tengah berkuliah di Amerika Serikat, dan satu lainnya sedang berkuliah di Selandia Baru.
โIni mereka yang sama sekali belum dapat biaya hidup. Sampai sekarangโ kata Ayomi kepada Jubi, pada Kamis (5/1/2023).
Ayomi menjelaskan 17 mahasiswa yang belum menerima pembayaran beasiswa mereka itu terdiri dari 15 mahasiswa program pendidikan Strata 1, dan dua orang mahasiswa program pendidikan Strata 2. Menurutnya, total nilai biaya hidup yang belum dibayarkan BPSDM Papua kepada 17 mahasiswa itu (sejak Januari hingga September 2022) 227.000 dolar AS.
Ayomi menyatakan sejumlah mahasiswa itu harus menumpang ke apartemen temannya, dan ada juga yang bertahan dengan mengandalkan kiriman orangtua mereka. Ia menyatakan pihaknya sedang berupaya berjumpa dengan BPSDM Papua, untuk membahas masalah itu. โTadi belum jadi pertemuan. Nanti hari Senin (9/1),โ ujarnya.
Persoalan serupa juga dialami mahasiswa penerima beasiswa Papua yang tengah berkuliah di Rusia. Ketua Ikatan Mahasiswa Papua di Rusia, Yosep Iyai menyatakan tiga dari 15 mahasiswa Papua di Rusia juga belum menerima pembayaran biaya pendidikan dan biaya hidup mereka.
Iyai menyatakan biaya pendidikan dan biaya hidup yang belum dibayarkan itu dari September hingga Desember 2022. Ia menyatakan nilainya sekitar Rp10 juta hingga Rp16 juta per bulan.
โMasih ada yg belum dibayarkan. Biasanya Rp16 juta per mahasiswa yang ditangani oleh BPSDM. Lalu yang ditangani oleh Papua Language Institute Rp10 juta per bulan. Jadi beda penanganan, beda jumlah biaya hidup yang kami terima,โ kaya Iyai kepada Jubi, pada Kamis (4/1/2023) malam.
Iyai menyatakan sedang berkomunikasi dengan pihak BPSDM Papua. Iyai mengaku terkadang pembayaran beasiswa tidak berjalan lancar, sehingga mahasiswa Papua di Rusia ada yang harus bekerja untuk menutupi biaya hidup.
โJadi, dari biaya dan biaya kuliah, kami mahasiswa Papua di Rusia tidak selalu terimah secara teratur. Ada yang duluan, ada yang dari belakang dan ada pula yang harus komunikasi dengan BPSDM satu-dua minggu bahkan satu bulan, kemudian baru cair. Jadi kami biasanya kerja. Bila kami tidak kerja, kami bisa putus kuliah dan pulang Papua,โ ujarnya.
Salah satu orangtua mahasiswa penerima beasiswa Papua, Trisna Mara menyatakan anaknya belum menerima biaya hidup sejak Januari hingga Desember 2022. Anaknya Hesty Mara sejak Januari 2021 sedang menempuh studi S1 Psikologi di Universitas The Ohio State di Amerika Serikat.
Trisna mengaku harus mencari jalan sendiri untuk memenuhi biaya hidup anaknya di Amerika Serikat. Ia mengaku untuk menghemat biaya hidup, anaknya hanya sehari sekali makan. โUntuk hemat, dia satu hari hanya sekali makanโ kata Mara kepada Jubi, pada Kamis siang.
Salah satu mahasiswa, Senalince Mara mengaku belum dibayarkan biaya pendidikan maupun biaya hidup dari BPSDM Papua dari Januari hingga Desember 2022. Lince saat ini menempuh studi doktoral Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia, Jawa Barat. โBiaya SPP dan biaya hidup belum dibayarakanโ kata Lince kepada Jubi, pada Kamis.
Lince menyatakan harus memakai uang pribadi untuk membayar biaya pendidikan maupun memenuhi biaya hidup. Ia menyatakan telah melaporkan masalah itu dengan membawa kelengkapan berkas studi, namun hingga saat ini belum dibayarkan juga oleh pihak BPSDM Papua.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia atau BPSDM Papua, Aryoko Rumaropen saat ditemui Jubi pada Rabu (4/1/2022) menyatakan untuk saat ini tidak berkomentar dulu soal keluhan atas keterlambatan pembayaran beasiswa itu. Namun, ia menyatakan memang ada biaya pendidikan dan biaya hidup penerima beasiswa Papua yang belum dibayarkan, karena anggaran telah habis. โAnggaran sudah habisโ kata Rumaropen kepada Jubi. (*)