Jayapura, Jubi – National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) atau organisasi olahraga disabilitas Provinsi Papua menyatakan tetap siap menatap iven Pekan Paralimpiade Pelajar Nasional (Peparpenas) X yang akan digelar di Palembang, Sumatera Selatan, tahun ini.
Ketua Umum NPCI Papua, H. Jaya Kusuma mengatakan, pihaknya tak khawatir dalam menyiapkan atlet pelajar yang akan diikutkan pada iven tersebut.
Pasalnya, NPCI Papua sudah menyiapkan atlet-atlet pelajar yang dihasilkan dari iven Pekan Paralimpiade Pelajar Provinsi (Peparpeprov) yang digelar pada Juni 2022 lalu.
Apalagi kata Jaya Kusuma, kuota atlet yang diikutkan pada ajang Peparpenas tidak banyak dan hanya mempertandingkan sebanyak enam cabang olahraga.
“Kita selalu rutin ikut itu, tapi saya rasa bagi kita itu tidak terlalu sulit. Karena di ajang tersebut dibatasi atletnya, paling tinggi hanya 21 atlet saja. Tapi kalau Peparpenas sudah pasti kita sudah siapkan atlet kita. Sudah ada atlet kita yang sudah berlatih. Kan hanya 6 cabor saja, renang, atletik, tenis meja, catur, bulutangkis dan boccia,” kata Jaya Kusuma kepada wartawan, Kamis (5/1/2023).
Hanya saja, ia masih menunggu respons dari Pemerintah. Di mana pada iven yang sama sebelum-sebelumnya, pembiayaan masih bersumber dari Kementerian Pemuda Olahraga (Kemenpora) melalui Dinas Olahraga dan Pemuda (Disorda) Papua.
“Kuota itu pembiayaannya masih dari Kemenpora sebagian. Tapi sekarang tidak tahu, Jadi apakah itu nanti tergantung dari daerah masing-masing kalau mampu mengirimkan atlet sebanyak-banyaknya. Kita belum tahu aturannya nanti. Pembiayaannya nanti dari Disorda, kita yang menyiapkan atletnya. Mudah-mudahan ini semua sudah tercover dalam program rencana anggarannya Disorda tahun 2023,” ujarnya.
NPCI Papua juga sudah menyiapkan agenda TC terpusat di tahun 2023 bagi para atletnya yang akan berlaga di ajang Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) XVII di Aceh – Sumut tahun 2024. Hanya saja, mereka masih bergantung pada dukungan anggaran dari Pemerintah.
“Tahun 2023 ini rencana kita akan mengadakan TC atlet secepatnya, tetapi semua bergantung pada kesiapan dana atau anggaran dari pemerintah daerah, kalau ada maka kita akan lakukan sesuai dengan jadwal, kalau tidak akan berubah. Apalagi kita berencana melakukan Peparda,” kata Jaya Kusuma.
“Kalau tidak ada anggaran akan sangat sulit. Yang tetap akan kita prioritaskan yakni melakukan tele scouting di daerah-daerah. Kita tidak akan mundur, apapun yang terjadi kita akan tetap membina, mendidik dan mencetak atlet disabilitas yang berprestasi,” tutupnya. (*)