Moanemani, Jubi – Sejak 2021, Wahana Visi Indonesia (WVI) mendampingi 270 sekolah di lima kabupaten Biak (Papua), Jayapura (Papua), Jayawijaya (Papua Pegunungan), Landak (Kalimantan Barat), dan Manggarai Timur (NTT) melalui Program Organisasi Penggerak (POP). Total penerima manfaat POP adalah 40.828 orang.
Ebenezer Sembiring, Pelaksana Tugas Direktur Operasional WVI mengatakan, di mana 38.171 di antaranya adalah anak, sebanyak 2320 merupakan guru, 276 kepala sekolah, serta 61 pengawas dan staf dinas pendidikan.
Menurutnya, terjadi beberapa peningkatan selama tiga tahun pelaksanaan, antara lain kemampuan membaca sebesar 16,1 persen kemampuan membaca dan memahami isi bacaan sebesar 15,9 persen serta kelancaran membaca menjadi 43 kata per menit dari sebelumnya rata-rata 28 kata per menit.
“Terima kasih kepada Kemendikbudristek yang telah mempercayai WVI sebagai salah satu mitra implementor POP. Terima kasih kepada seluruh tenaga pendidikan yang telibat, kepada semua pihak yang telah sama-sama berjuang meningkatkan literasi anak-anak di 5 kabupaten, yaitu di Biak (Papua), Jayapura (Papua), Jayawijaya (Papua Pegunungan), Landak (Kalimantan Barat), dan Manggarai Timur (NTT),” ujarnya kepada Jubi, Sabtu, (22/7/2023).
POP adalah program kerja sama Kemendikbud Ristek dengan komunitas atau organisasi masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam pelaksanaannya, kata dia, WVI menerapkan Wahana Literasi, yaitu model pembelajaran literasi yang berfokus untuk meningkatkan 5 kemampuan dasar membaca.
Eddy Tejo, Koordinator Pokja Kemitraan dan Pemberdayaan Komunitas, Direktorat Guru Pendidikan Dasar memberikan apresiasi tinggi kepada WVI atas berbagai modul dan buku cerita lokal, sehingga anak-anak lebih mudah memahaminya.
“Hasil monitoring kami menemukan beberapa hal positif dari pelaksanaan POP oleh WVI, yaitu kompetensi dan pengetahuan guru meningkat, manajerial kepala sekolah juga meningkat dan lebih baik dalam mengelola sekolah, guru mampu memetakan dasar masalah siswa dalam membaca, guru mampu mengidentifikasi potensi siswa, dan pengetahuan guru meningkat dari segi kreatifitas serta mampu merancang pembelajaran inovatif dengan menyisipkan aspek literasi,” ungkapnya.
Hotmianida Panjaitan, Manager POP WVI, menjelaskan bahwa pendekatan POP tidak langsung melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, tetapi lebih ke guru dan tenaga kependidikan.
Tetapi pendekatan menyeluruh yang dilakukan WVI sebagai organisasi yang melaksanakan POP, tetap melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, terkhusus pada bagian peningkatan komunitas.
“Dalam pelaksanaannya, WVI melakukan beberapa kegiatan dalam bentuk pelatihan guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah, pemantauan implementasi, hingga survei hasil kemampuan membaca siswa untuk melihat dampak dari pelatihan dan implementasi yang dilakukan. Selain itu, untuk memaksimalkan dampak yang diberikan, WVI juga melakukan koordinasi dan pembelajaran rutin bersama Dinas Pendidikan terkait,” katanya.
Bentuk pelatihan bagi kepala sekolah, guru, dan pengawas sekolah antara lain, Training of Trainer (ToT) Wahana Literasi, Dukungan Psikososial, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), pengembangan bahan ajar kontekstual dan bahan bacaan relevan, pelatihan manajemen sekolah dan kepemimpinan kepala sekolah, pelatihan penguatan pendidikan karakter integrasi dalam Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, serta pelatihan monitoring yang efektif bagi pengawas sekolah. (*)