Wamena, Jubi – Wamena merupakan Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya Provinsi Papua Pegunungan dan juga sebagai pusat sentral dari 8 pemekaran kabupaten dan kota di wilayah Pegunungan,
Bupati Kabupaten Jayawijaya Jhon Richard Banua Rouw, mengatakan warga dari 8 kabupaten pemekaran tersebut hampir semuanya beraktivitas di Wamena. Warga banyak melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas maupun di rumah sakit Umum di Wamena
“Sehingga saat melakukan pemeriksaan jika ditemukan pasien atau yang bersangkutan mengidap HIV/AIDS, segera di lakukan penanganan serius,” katanya baru-baru ini.
Dia juga meminta kepada dinas terkait agar kembali melakukan sosialisasi atau penyuluhan terkait pencegahan dan bahaya HIV/AIDS kepada masyarakat baik di kota, distrik, sampai ke kampung -kampung.
“Hal itu bisa terjadi karena ada peningkatan kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jayawijaya saat ini sudah melonjak hingga menduduki urutan ketiga di Papua, Nabire urutan ke I dan Kota Jayapura ke II dan peringkat ke III di Jayawijaya,” katanya.
Dia menduga, lonjakan kasus terjadi karena keberadaan prostitusi terselubung di kabupaten Jayawijaya.
“Penanggulangan HIV/AIDS ini sebenarnya sudah ada tim yang bekerja untuk melakukan penanganan. Pemerintah Jayawijaya akan terus mendorong tim yang sudah dibentuk untuk konsisten kontrol di lapangan.
Kami berharap untuk tim yang sudah dibentuk agar kembali melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya ancaman penularan HIV/AIDS ini,
Pada kesempatan terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Jayawijaya, Dr, Willy Mambiuw, mengatakan kasus Penyebaran HIV/AIDS meningkat di Jayawijaya, salah satu penyebabnya tempat prostitusi terselubung yang cukup banyak.
” Salah satu penyebabnya dari penutupan tempat pekerja Seks Komersial atau PSK di beberapa tempat yang ada di Wamena, sehinga memicu prostitusi terselubung tanpa terkontrol. Hal itu juga menjadi satu faktor yang berbahaya dan membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak”
Dia mengatakan kasus penularan HIV/AIDS di wilayah itu didominasi melalui hubungan seks, hal ini berbeda dengan wilayah lain yang penularannya bisa terjadi karena trasnfusi darah atau penggunaan obat-obatan lewat jarum suntik. “Untuk itu, kita perlu melakukan survei tempat-tempat prostitusi tersebut agar dilakukan pemeriksaan,” ujarnya.
Namun demikian, pihaknya mengaku belum memilki data pasti terkait kasus HIV/AIDS di wilayah itu. (*)