Jayapura, Jubi – Fiji telah menerima peningkatan peringkat berdasarkan penilaian terbaru oleh pengawas kebebasan pers global, Reporters Without Borders yang melaporkan Fiji berada pada peringkat 44 dari 180 negara.
Reporters Without Borders mengatakan setelah 16 tahun serangan berulang terhadap kebebasan pers oleh mantan Perdana Menteri Voreqe Bainimarama, tekanan yang diberikan terhadap media oleh otoritas sipil dan militer telah mereda sejak terpilihnya Sitiveni Rabuka sebagai kepala Republik Fiji pada Desember 2022. Demikian dikutip jubi.id dari https://www.fijivillage.com, Senin (6/5/2024).
Pengawas kebebasan pers global mengatakan pencabutan Undang-Undang Pengembangan Industri Media (MIDA) yang kejam dan tidak populer pada April 2023 merupakan sebuah langkah maju yang penting.
Pada 2022, Fiji menduduki peringkat sebagai tempat terburuk di kawasan Pasifik untuk jurnalis. Dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia Reporters Without Borders 2022, Fiji berada pada peringkat 102 dari 180 negara.
Dalam laporan tersebut disebutkan jurnalis yang kritis terhadap pemerintah sering kali diintimidasi dan bahkan dipenjara.
Laporan terbaru mengatakan hingga pencabutan peraturan tersebut pada 6 April 2023, media berita diatur oleh Keputusan Pengembangan Industri Media 2010 yang kejam, yang disahkan menjadi undang-undang pada 2018, dan mereka diawasi oleh Otoritas Pengembangan Industri Media (MIDA) yang dibuat berdasarkan keputusan dan berhubungan langsung dengan pemerintah.
Berdasarkan undang-undang tersebut, jurnalis dapat dipenjara hingga dua tahun karena melanggar ketentuan undang-undang yang tidak jelas.
Laporan terbaru menambahkan bahwa pihak berwenang telah menggunakan praktik periklanan yang diskriminatif untuk memeras media, menahan iklan, dan pemberitahuan hukum dari mereka yang dianggap kritis terhadap pemerintah.
Misalnya saja, pada puncak pandemi Covid-19, Fiji Sun yang pro-pemerintah mendapat keuntungan dari alokasi iklan preferensial dibandingkan pesaingnya, Fiji Times.
Reporters Without Borders mengatakan kepentingan jurnalis diwakili oleh Asosiasi Media Fiji (FMA) yang sering mengeritik pelecehan terhadap media oleh pemerintahan FijiFirst sebelumnya.
Dikatakan, setelah pencabutan UU Media, FMA telah bekerja keras untuk memulihkan jurnalisme independen dan kepercayaan publik terhadap media.
Sementara pemimpin regional Pasifik Selatan dalam kebebasan media adalah Samoa yang berada pada peringkat 22. (*)
Discussion about this post