Jayapura, Jubi-Perdana Menteri sementara Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare telah menyampaikan pesan ucapan selamat kepada Sekretariat Komunitas Pasifik (SPC) pada hari jadinya yang ke- 77 tahun.
Komisi Pasifik Selatan merupakan lembaga tertua di Pasifik yang didirikan dalam Perjanjian Canberra, 6 Februari 1947 oleh negara negara penjajah di Pasifik antara lain Amerika Serikat, Inggris, Australia, Perancis, Belanda dan Selandia Baru.
“Dalam surat resmi kepada Direktur Jenderal SPC, Dr Stuart Minchin, pengurus sementara PM Sogavare mengakui bahwa SPC adalah organisasi bilingual tertua yang terus memainkan peran penting dalam memberikan layanan teknis, ilmiah dan sosial serta dukungan penelitian kepada para anggotanya. di 20 sektor dan bidang tematik lintas sectoral,”demikian dikutip jubi dari solomonstarnews.com, Kamis (8/2/2024)
Sogavare mendesak organisasi tersebut untuk “menggunakan kesempatan ini untuk merefleksikan keberhasilan, pembelajaran, dan tantangan guna memperdalam kolaborasi kita di masa depan”.
Sekretariat Komunitas Pasifik (SPC) awalnya dikenal sebagai Komisi Pasifik Selatan. Kantor pusat SPC berada di Noumea, Kaledonia Baru.
Sementara itu menurut peneliti dan dosen FISIP Jurusan Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Drs H Zulkifli Hamid, MA dalam bukunya berjudul “Politik di Melanesia,” wilayah Papua Barat jajahan Belanda atau Nederlands Nieuw Guinea sudah menjadi anggota South Pacific Commision (SPC) pernah ikut konferensi Pasifik sejak 1947 sampai dengan 1962.
“Dengan demikian selama 15 tahun penduduk Irian Jaya mempunyai hubungan lebih intensif dan tidak hanya dengan penduduk Papua New Guinea, melainkan dengan penduduk Melanesia dan bahkan di wilayah Pasifik secara keseluruhan,”demikian tulis Zulkifli Hamid dalam buku berjudul, “Politik di Melanesia, 1996.”
Hal senada juga ditulis Arnold Mampioper, mantan Pembantu Gubernur Provinsi Irian Jaya wilayah II di Manokwari dalam bukunya berjudul, “ Samudera Pasifik Dalam Strategi Pertahanan Dan Keamanan “ terbitan 1993 menyebutkan “ Konferensi Pasifik Selatan wajib mengikut sertakan tokoh tokoh (cendekiawan) dari masyarakat pribumi di kepulauan ini sebagai utusan, karena merekalah yang akan dilibatkan dalam pekerjaan Komisi Pasifik Selatan. “Selain itu sebagai nara sumber atau penasehat,”tulisnya.
Dikatakan sejak konfrensi Pasifik Selatan pertama 1950 di Suva Fiji sampai dengan pertemuan di Pago Pago, Samoa Timur pada 1962 delegasi Nederlands Nieuw Guinea atau West Papua selalu hadir.
Dikutip dari buku berjudul Belanda di Irian Jaya, tertulis delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke pertemuan Komisi Pasifik Selatan pada 1959 antara lain, Nikolas Kaisiepo, Th Meset, FKT Poana, Raja Rumbati, dan juru bahasa Cor Stefels.
Rencana selanjutnya pada 1965 akan dilakukan Konfrensi Pasifik Selatan di Hollandia sekarang Jayapura tetapi pada 1 Mei 1963 wilayah Irian Barat masuk menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sehingga sekarang ini praktis hubungan dengan SPC terputus.(*)
Discussion about this post