Jayapura,Jubi-Pulau Viti Levu di Fiji kaya akan mineral dan relatif belum dieksplorasi, menjadikan negara kepulauan di Pasifik Selatan ini sebagai yurisdiksi pertambangan terdepan.
Cincin Api Pasifik telah menghadiahkan negara ini dengan simpanan emas , tembaga , perak , dan seng Produsen emas utama Australia, Newcrest Mining (ASX: NCM ) juga mengembangkan salah satu sumber daya tembaga terbesar yang belum dikembangkan di dunia, proyek Namosi yang terletak di Pulau Viti Levu, Fiji.
Tak heran kalau kekayaan sumber daya alam di negara kepulauan itu membuat negosiasi antara pemerintah Fiji dan para pemilik tanah. Mereka hanya ingin lingkungan mereka tetap hijau dan tidak berubah sejak nenek moyang. Harus ada penjelasan jika di wilayah mereka akan mengalami kerugian jika tambang beroperasi.
Anggota Mataqali Nabukebuke Namosi, Iowane Taukeisalili menyoroti hal ini dalam pertemuan mereka dengan pejabat pemerintah di Balai Provinsi Namosi di Navua.
“Taukeisalili bertanya apakah menurut mereka itu telah membagikan fakta ini kepada orang buta,”demikian dikutip jubi dari fijivillage.com, Kamis (28/12/2023).
Mereka membutuhkan pemerintah dan investor untuk meningkatkan kesadaran mengenai kerugian dari pertambangan jika dibandingkan dengan hanya selalu menjelaskan keuntungannya saja.
Padahal kata dia, kekhawatiran bagi warga di Nabukebuke Namosi di Pulau Viti Levu adalah apakah lanskap hijau di sekitar kampung mereka akan aman- aman saja.
Lebih lanjut Taukeisalili menanyakan, apakah akan dipertahankan selama proses penambangan atau justru dimusnahkan.
Dia menambahkan mereka lebih khawatir tentang generasi masa depan mereka terutama bagi anak cucu mereka.
Sebuah kelompok masyarakat di Fiji telah meminta anggota parlemen untuk tidak memperbarui izin eksplorasi pertambangan di wilayah Namosi di Viti Levu, Fiji.
Eksplorasi telah berlangsung di wilayah tersebut selama lebih dari 50 tahun. Minggu ini, perusahaan multinasional Newcrest yang berbasis di Australia, melalui Namosi Joint Venture, sedang berupaya untuk memperbarui izin eksplorasi untuk situs Waisoi miliknya.
Kelompok masyarakat sipil, LAMA, atau Lomani Au Maroroi Au, yang beraliran ‘Tanah Kami adalah Hati Kami’ menentang penambangan apa pun di Namosi.
Dengan dukungan sebagian besar pemilik tanah, sejak 9 Agustus 2023, mereka mengajukan keberatan kepada parlemen terhadap perpanjangan izin.
Juru bicara LAMA, Sipiriano Nariva, mengatakan tambang terbuka akan berdampak buruk bagi masyarakat.
“Kita bicara soal lingkungan. Kita tertinggal dari pemerintah. Kita tertinggal dari pengembang,” kata Nariva kepada rnz.co.nz yang dikutip jubi Kamis (28/12/2023).
“Mereka hanya ingin menebang untuk tambang mereka, tetapi mereka meninggalkan limbahnya kepada kita. Kita telah melakukan eksplorasi selama beberapa tahun, namun kita tertinggal, kita menjadi korban, lingkungan kita telah dirusak oleh perkembangan ini.”
Newcrest mengatakan, usaha patungan tersebut telah bekerja keras untuk memastikan masyarakat mengetahui dan berkonsultasi mengenai proyek Waisoi, yang mereka tekankan masih dalam tahap eksplorasi dan pra-kelayakan.
Dikatakan, pihaknya saat ini sedang melakukan studi teknis, konsultasi masyarakat dan keterlibatan pemangku kepentingan untuk mencoba dan menemukan konsep pembangunan yang dapat diterima secara komersial, lingkungan dan sosial.
Ketika kelompok LAMA menyampaikan keberatannya kepada anggota parlemen di parlemen . Hanya satu anggota parlemen oposisi dan tidak ada satu pun anggota pemerintah yang hadir.(*)