Jayapura, Jubi – Cigombong Putra atau PS Ciput kembali membukukan namanya sebagai juara lapangan hijau pada turnamen lokal di Kota Jayapura, Waena Cup IV tahun 2024. Itu merupakan gelar kedua mereka pada turnamen yang sama setelah sempat menjadi juara di edisi ke-II tahun 2022.
Podium juara seolah akrab dengan PS Ciput yang bermarkas di Cigombong Kotaraja, setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Setelah juara Waena Cup edisi ke-II, PS Ciput berhasil menjuarai Turnamen Piala Walikota Jayapura tahun 2023 lalu.
Dan teranyar, mereka juga sukses merebut trofi Waena Cup edisi ke-IV tahun 2024 setelah mengalahkan Sorong Raya dua gol tanpa balas pada laga final yang berlangsung di Lapangan Obokhouw, Waena, Sabtu (13/4/2023).
Ketua Panitia Pelaksana Waena Cup, Steven Hendambo selaku penggagas mengatakan turnamen tersebut menjadi wadah bagi bakat muda untuk mengembangkan kualitas.
“Juga untuk meningkatkan prestasi klub-klub serta menjadi sarana pengembangan bibit muda yang diorbitkan dalam turnamen ini,” kata Steven usai penutupan turnamen.
Gelar juara Waena Cup IV yang digapai oleh PS Ciput itu menjadikan mereka sebagai salah satu klub sepak bola lokal tersukses di Kota Jayapura saat ini.
Prestasi demi prestasi yang ditorehkan oleh PS Ciput tak diraih secara instan. Ada proses panjang yang mereka lalui dalam membangun kekuatan yang solid. Pembinaan berjenjang dan konsisten menjadi kunci sukses Ciput.
Pelatih senior Ciput, Thomas Alfa Edison Madjar mengatakan prestasi yang mereka koleksi sampai saat ini merupakan bukti dari proses pembinaan yang sudah mereka jalankan sejak lama.
Dalam setiap turnamen yang diikuti, termasuk Waena Cup, Ciput mengandalkan isi gudang mereka sendiri, yang berisikan pemain-pemain berlevel profesional hingga orbitan.
“Prestasi ini adalah bukti dari proses panjang yang kita jalankan terus menerus. Ketika tim lain kumpul-kumpul pemain dari berbagai tim, kami sudah punya pemain binaan sendiri dan sangat banyak,” kata Madjar kepada awak media Jubi, Minggu (14/4/2024).
Ayah dari pesepakbola putri nasional, Liza Armanita Madjar itu dibantu oleh sang istri, Touskha Stevelien Iba dan beberapa kerabat mereka secara konsisten memupuk bibit-bibit muda untuk menjadi pesepakbola profesional.
Pembinaan yang mereka jalankan tak pernah putus, bahkan berjenjang di kelompok umur lewat SSB Batik yang merupakan embrio dari PS Ciput.
Thomas Madjar menuturkan, proses pembinaan di Ciput maupun SSB Batik dijalankan secara mandiri tanpa disokong oleh sponsor.
“Tidak ada yang namanya sponsor, saya jalan dengan apa adanya. Pihak lain yang bicara tentang pembinaan itu omong kosong saja. Tidak ada yang peduli,” katanya.
Pencetak Bintang
PS Ciput terbentuk sejak 15 Januari 1989, kemudian lahir SSB Batik pada 2001 sebagai pabrik untuk menelurkan bakat-bakat potensial.
Dari dua rumah satu atap itu lah banyak bakat muda Papua yang terlahir. Ada Ramai dan Kevin Rumakiek, Alex Dusay, Josua Isir, Yeter Amohoso, Samuel Gwijangge, Wences Fanghoy, Marcel Rumkabu dan masih banyak lagi nama lainnya.
Pemain-pemain itu pula yang turut mengantarkan Ciput sebagai pemenang di Turnamen Waena Cup IV. Dipadukan dengan sejumlah pemain muda.
Tak hanya dipentas tarkam, jebolan-jebolan Ciput – SSB Batik juga tersebar di klub profesional. Selain Ramai, di Persipura ada Elisa Basna, Samuel Gwijangge, Eljo Iba, Marcel Rumkabu, Wulf Horota, Wences dan Alezandro Soegianto.
Di kubu Persewar Waropen, ada David Kevin Rumakiek, Alex Dusay dan Josua Isir yang menjadi pilihan utama di skuad asuhan Eduard Ivakdalam pada Liga 2 musim lalu. Sedangkan di klub Liga 2 lainnya, ada Yeter Amohoso di Persipal Palu, dan Fredy Isir di Persiba Balikpapan.
Tak putus sampai disitu, Ciput dan SSB Batik-nya pun terus melahirkan bibit-bibit baru. Saat ini, sudah ada beberapa bakat muda yang telah diorbitkan oleh Thomas Madjar untuk menjadi penerus di klub-klub sepak bola Papua, seperti Reno Salampessy, Mario Saroy, Markus Madjar dan beberapa bakat muda lainnya
“Ada banyak yang sudah saya siapkan. Bahkan di usia dini sudah ada,” kata Madjar.
Ciput dan SSB Batik juga turut berkontribusi menyalurkan pemain muda mereka ke tim sepak bola PON Papua, dan klub-klub Liga 3. Bahkan di level timnas putri Indonesia, ada nama Liza Armanita Madjar dan Marsela Awi yang menjadi punggawa timnas putri.
Perjalanan Ciput dan SSB Batik dalam pembinaan sepak bola usia dini di Papua, khususnya Kota Jayapura sudah cukup panjang. Hingga kini terus berkembang pesat dan turut berkontribusi pada ekosistem sepak bola Papua hingga Indonesia.
“Batik sejak tahun 2007 mulai pembinaan, tapi mulai muncul atau terdengar tahun 2011. Sejak saat itu mulai dengan pembinaan yang rutin di kategori usia. Berkelanjutan terus karena berbarengan dengan PS Ciput. Jadi pemain yang masuk kategori senior U-18 ke atas kita geser ke PS Ciput. Karena satu atap hanya beda kamar,” kata Touskha Oktafia Stevelien Iba, istri Thomas Madjar yang juga mantan pesepakbola putri Indonesia.
Ia menyebut, SSB Batik – Ciput bisa terus melahirkan pemain-pemain berbakat karena melakukan pembinaan yang digarap secara serius.
“Proses pembinaan di SSB Batik-Ciput masih berjalan sampai dengan sekarang. Resepnya itu, bina anak-anak dengan hati dan serius juga banyak berdoa,” katanya. (*)
Discussion about this post