Jayapura, Jubi- Dua negara yang tergabung dalam Melanesian Spearhead Group (MSG) Papua Nugini dan Fiji telah menegaskan kembali komitmen kedua negara untuk berkolaborasi dalam pelatihan tentara PNG DF di Fasilitas Black Rock di Nadi, Fiji.
Kamp Black Rock di Nadi, Fiji adalah fasilitas pemeliharaan perdamaian dan bantuan kemanusiaan serta bantuan bencana yang canggih dan memiliki gudang bantuan berskala besar, kantor pusat logistik yang diperlukan untuk mengoordinasikan pekerjaan tanggap bantuan, Sekolah PBB, pusat medis, dan fasilitas pelatihan fisik.
“Fasilitas ini dibangun oleh Australia dengan biaya Aud 180 juta,” demikian dikutip Jubi dari media PNG Post Courier, Senin (15/4/2024).
Dikatakan pelatihan yang diusulkan kedua negara ini bertujuan untuk mempersiapkan tentara Papua Nugini agar bisa dikerahkan secara lokal, regional dan internasional dalam operasi keamanan dan pemeliharaan perdamaian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) serta untuk melatih dan mempersiapkan mereka untuk memberikan respon yang cepat dan tepat terhadap setiap bencana alam dan bencana akibat ulah manusia.
Hal tersebut disampaikan Menteri Pertahanan PNG Dr Billy Joseph dan Menteri Dalam Negeri dan Imigrasi Fiji, Pio Tikoduadua pada pertemuan bilateral yang digelar kemarin dalam kunjungan resmi Menteri Joseph ke kamp pelatihan militer Black Rock di Nadi, Fiji.
Inisiatif kolaborasi antara kedua negara Melanesia ini pertama kali dibahas antara para Menteri Pertahanan tiga minggu lalu di Tokyo di sela sela dialog Pertahanan di Kepulauan Pasifik Jepang ke 2. Kunjungan Menteri Pertahanan PNG di fasilitas di Nadi untuk memperjelas dan merinci usulan pengaturan kerja sama kolaborasi jangka panjang serta menjajaki peluang bagi tentara PNG DF untuk mengikuti kursus peningkatan kapasitas jangka pendek di fasilitas tersebut.
Menteri Joseph mengatakan PNG dan Fiji adalah satu satunya negara di Pasifik yang memiliki kekuatan militer yang lebih besar dan terhubung melalui warisan Melanesia yang kuat. “ Namun kami tidak memiliki perjanjian kolaboratif yang berfungsi antara angkatan bersenjata Fiji dan PNG,”kata Menhan PNG Dr Joseph saat berkunjung ke Nadi, Fiji.
Memang Menhan PNG mengakui ada MoU yang pernah dirancang antara kedua negara Melanesia ini pada 2019, tetapi belum diselesaikan.” Kami sepakat untuk meninjau kembali dan mengembangkan dokumen ini segera dan bekerja dalam kerangka kerja sama tersebut untuk mewujudkan niat kami melatih tentara kami di fasilitas pelatihan Black Rock,”katanya.
“Hal ini juga merupakan bagian dari tanggungjawab yang lebih luas bagi Pasifik untuk bekerja sama menjaga keamanan nasional dan regional serta kepentingan kemanusian kita,”katanya.
Sebagai bagian dari program peningkatan kapasitas jangka pendek, Fiji telah menyampaikan undangan kepada PNG untuk mencalonkan empat (4) petugas PNG DF untuk berpartisipasi dalam kursus pelatihan yang disetujui PBB yang akan diadakan di Block Rock United Nation (UN) School di Nadi, Fiji pada Oktober 2024.
Menhan PNG disambut dalam parade militer di Nadi Fiji dan mendapat penghormatan dalam upacara tradisional Melanesia Fiji di Kamp Black Rock serta melihat dari dekat semua fasilitas pelatihan militer yang dikelola tentara Fiji.
Dalam kunjungan ke Nadi, Fiji Menhan PNG sangat berterima kasih kepada pemerintah Fiji pimpinan PM Fiji Mayjen (Purn) Sitiveni Rabuka dan masyarakat Fiji atas sambutan hangat dan keramahtamahan yang diberikan kepadanya setelah kunjungan sehari ke Fiji.
Sekadar catatan Jubi, militer Fiji telah lama terlibat bersama Selandia Baru, Australia dan Inggris sebab tentara Fiji dan militer Gurkha dari Nepal selalu menjadi andalan dari Tentara Kerajaan Inggris dalam keamanan internasional.
“Bahkan dalam Perang Dunia Kedua 1943 sebanyak 6000 pemuda Melanesia Fiji dilatih dan dipersenjatai menjadi tentara serta membentuk Pacific Regimen dan bergabung dalam Sekutu Amerika di Pasifik,”demikian dikutip dari buku berjudul New Georgia patter for victory oleh DC Horton.
Lebih lanjut Horton menulis pemuda Fiji yang tergabung dalam Pasifik Resimen itu juga ikut perang di Gualdacanal, Solomon, 1943.
Pendapat ini juga termuat dalam Sejarah Pasukan Militer Fiji 1939-1945 selama Perang Dunia Kedua yang ditulis R A Howlett berjudul The History of the Fiji Military Forces 1939–1945 (London: Published by the Crown Agents for the Colonies on Behalf of the Government of Fiji, 1948, 267 pp).
Lebih lanjut Howard menceritakan perjalanan gerak cepat dengan penekanan pada taktis dari Batalion 1 Fiji di mana Kopral Sefania Sukanivalu (tentara Fiji) dianugrahi Victorai Cross dalam pertempuran melawan Jepang di Bougainville, PNG.
“Sayangnya buku ini terlalu fokus pada personel Selandia Baru yang bertugas sebagai perwira, sehingga merugikan lebih dari 6000 warga Fiji yang bertugas dalam Perang Pasifik di Gualdacanal Solomon dan Bougainville di PNG.Hanya sedikit orang Fiji yang disebutkan namanya sepanjang narasi”. (*)
Discussion about this post