Merauke, Jubi – Tidak memiliki lapangan sepak bola, tidak lantas membuat para atlet ataupun talenta muda (anak-anak) di Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua Selatan, patah arang untuk mencintai dan menyalurkan hasrat mereka bermain sepak bola.
Para atlet maupun pesepakbola muda di sana menumpang berlatih dan bermain di lapangan mini di perumahan kilometer 3, Tanah Merah. Selain itu mereka juga kerap meminjam lapangan milik SMP Negeri 1 Boven Digoel di Tanah Merah. Sementara fasilitas-fasilitas tersebut sangat terbatas dan tidak memenuhi standar.
Kadang mereka berlatih atau bermain di atas tanah becek dan lumpur di kala musim hujan. Tidak jarang mereka berlatih dan bermain di tanah berdebu serta berbatu kerikil pada musim panas. Dalam kondisi yang demikian terbatas, mereka tidak lantas ‘menggantung sepatu’.
Yang mendorong para atlet maupun anak-anak pesepakbola di sana tetap berlatih dan bermain itu karena spirit, hobi, dan terlebih mereka ingin melihat dan menaruh harapan masa depan Boven Digoel di cabang olahraga sepak bola.
“Kami berharap semangat mereka itu bisa menyentuh hati pemimpin-pemimpin di sana, baik eksekutif dan legislatif, supaya memperhatikan khususnya lapangan sepak bola yang kami rindukan,” kata Ketua Asosiasi Kabupaten Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (Askab PSSI) Boven Digoel, Nickson Pampang, kepada Jubi di Merauke, baru-baru ini.
Nickson Pampang menerangkan bahwa Askab PSSI Boven Digoel masih mengupayakan pengadaan sarana prasarana, khususnya lapangan bagi para pecinta sepak bola dan atlet muda, dengan melakukan koordinasi ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) serta Dinas Pendidikan dan Olahraga setempat.
“Kami optimis dengan adanya fasilitas yang cukup memadai, atlet muda kami bisa meningkatkan prestasi khususnya di bidang sepak bola. Untuk mencapai itu, ya memang harus ada sarana dan fasilitas, di antaranya lapangan yang baik,” kata dia.
Dulu Punya Tiga Lapangan
Dahulunya, di mana Boven Digoel masih sebuah kecamatan dan menjadi bagian dari administrasi Pemerintahan Kabupaten Merauke, ada tiga lapangan sepak bola di sana. Namun setelah dimekarkan menjadi kabupaten pada 2002 silam, Boven Digoel justru kehilangan tiga lapangannya tersebut.
“Setelah jadi Kabupaten Boven Digoel, malah tiga lapangan itu tidak ada. Lapangannya sudah dipakai jadi pemukiman, untuk pembangunan rumah, tempat usaha, dan lain-lain,” kata Ketua Askab PSSI Boven Digoel, Nickson Pampang.
Menurut dia, untuk mendorong pengembangan sepak bola serta meningkatkan kualitas atlet di Boven Digoel, harus ada tanggung jawab semua elemen, terutama legislatif dan eksekutif, untuk bisa bersama mendorong pembangunan sarana prasarana serta fasilitas sepak bola yang memadai.
Nickson Pampang menampik jika Pemerintah Kabupaten Boven Digoel minim perhatian terhadap pengembangan olahraga sepak bola di sana. Pemkab, kata dia, mendorong pembinaan atlet dengan mengirimkan sejumlah bibit muda ke Papua Football Academy (PFA) yang disponsori PT Freeport di Timika, Provinsi Papua Tengah.
“Awalnya kami kirim hanya satu orang. Dua tahun kemudian atau tahun kemarin, kita kirim tiga anak. Nah, itu suatu prestasi, artinya kami sangat konsen khususnya di atlet-atlet usia dini yang umur 12-13 tahun ke atas. Kami optimis lima tahun ke depan mereka akan membanggakan Boven Digoel,” ujar dia.
Nickson Pampang menambahkan bahwa selain mengupayakan lapangan sepak bola dan pendidikan atlet muda, pihaknya juga mendorong pelatihan dan kursus wasit dan pelatih sepak bola dan futsal. Pelatih dan wasit yang berlisensi diyakini dapat membimbing dan membina atlet muda menjadi lebih kompetitif.
“Khusus untuk lapangan sepak bola, kami sudah usulkan fasilitas itu di tahun kemarin. Mudah-mudahan bisa terjawab di APBD induk tahun ini. Sangat baik dan positif jika sudah bisa ada titik terangnya,” tutup dia.
Banyak Talenta Muda di Papua Selatan
Anggota Exco PSSI yang membidangi Ketua Komite Sepak Bola Usia Muda, Muhammad, dalam kunjungannya ke Merauke baru-baru ini, meyakini banyak talenta muda sepak bola di Provinsi Papua Selatan yang belum terjaring baik. Karenanya, diharapkan seluruh elemen, terutama Asosiasi Provinsi (Asprov) dan Askab PSSI, mendorong pembinaan atlet muda dan pengembangan sepak bola di wilayah provinsi itu.
“Karena kita mempunyai target, kita telah membuat blue print Garuda Mendunia. Yang mana di blue print itu, di tahun 2045 kita mengalami masa kejayaan. Di samping itu kita juga mempunyai target di tahun 2038 kita bisa masuk piala dunia senior, bukan hanya junior,” kata Muhammad.
Muhammad dalam kesempatannya itu memberikan bocoran bahwa PSSI bersama Timnas berencana melakukan seleksi pemain se-Indonesia pada bulan depan. Demikian sangat diharapkan seluruh Asprov dan Askab dapat mempersiapkan pemain-pemain mudanya.
“Memang belum ada edaran, tapi saya kasih bocorannya. Nanti bisa dipersiapkan talenta-talenta mudanya oleh anggota maupun Asprov maupun Askab. Bisa mengirim pemain-pemain terbaik, baik di usia 17 maupun 20 dan juga untuk sepak bola wanita di kategori umur 17 tahun,” tutupnya. (*)