Sentani, Jubi – Para petugas kebersihan di Pasar Pharaa, Sentani, Kabupaten Jayapura mengeluhkan ketiadaan armada truk pengangkut sampah di pasar tersebut. Akibatnya, sampah menggunung dan menimbulkan bau tak sedap karena lambat diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Koordinator tenaga kebersihan Pasar Pharaa, Yohanis Yom, mengatakan truk sampah yang biasa mengangkut sampah di pasar tersebut, bukan milik Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Jayapura tapi milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Truk pengangkut sampah itu beroperasi di wilayah Kota Sentani, tidak khusus di pasar.
“Kami bekerja dari pagi. Meski sudah selesai bersih-bersih sampah di pasar tapi harus tunggu truk dari Disperindag berjam-jam. Harusnya sampah sudah diangkut dari pagi,” katanya saat ditemui Jubi, Selasa (19/3/2024) siang.
Menurutnya, seharusnya Disperindag mempunyai minimal satu truk pengangkut sampah yang khusus beroperasi di Pasar Pharaa.
“Setiap hari kami harus meminjam truk ke Dinas Lingkungan Hidup. Karena truk itu beroperasi di beberapa titik di Kota Sentani, baru bisa angkut sampah pasar sekitar pukul 10 atau 11 siang. Ini salah satu faktor yang membuat kami tidak bisa menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Sampah jadi menumpuk dan menimbulkan bau tak sedap,” katanya.
Yom juga mengatakan sampah yang ada di Pasar Pharaa bukan dari sampah pasar saja, tetapi campur dengan sampah rumah tangga dari masyarakat yang tinggal di sekitar pasar.
“Kalo warga tidak buang sampah ke pasar, volume sampah di sini tidak sebanyak ini. Mereka pergi ke pasar, belanja sambil bawa sampah dari rumah,” katanya.
Natius Wenda, pedagang pinang di Pasar Pharaa, mengatakan tidak biasanya sampah di pasar tersebut menumpuk hingga menimbulkan bau tidak sedap. Dia perhatikan sudah sekitar satu pekan petugas kebersihan tidak mengangkut sampah untuk dibawa ke TPA.
Wenda mengatakan para pedagang pasar kadang juga tidak mau mengikuti imbauan dari petugas kebersihan pasar. Misalnya, sampah dari kulit bawang merah tidak dimasukan dalam kantong plastik, akhirnya terhambur begitu saja.
“Kita tidak bisa salahkan para petugas. Kesadaran diri itu penting,” katanya.
Wenda minta pemerintah melalui instansi teknis terkait bisa menyediakan bak penampungan sementara sampah di pemukiman penduduk seperti di Sosial, BTN Furia, dan Pos Tujuh Sentani, supaya masyarakat di wilayah itu tidak membuang sampah rumah tangga ke pasar.
“Pemerintah harus utamakan bak sampah di beberapa kawasan itu supaya masyarakat membuang sampahnya di tempat-tempat itu,” katanya. (*)
Discussion about this post