Jayapura, Jubi – Berburu hewan di hutan Papua, selain dapat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan protein, tapi juga dapat menggunakan kamera untuk berburu hewan-hewan khusus yang memiliki nilai estetika dan nilai konservasi tinggi.
Contoh berburu Burung Cenderawasih. Itu nilai konservasinya tinggi. Kalau difoto atau dibuat video, lalu diposting atau disebarkan ke agen travel. Mereka akan membawa turis datang dan melihat langsung dari dekat. Masyarakat antar para turis ini ke lokasi burung cenderawasih itu, dan masyarakat lokal akan dibayar atas jasa itu.
“Ini berburu cara modern yang sedang saya kembangkan di sini,” kata Alex Waisimon, pendiri ISYO Hills , Ekowisata di Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua pada Rabu (3/4/2024).
Alex Waisimon mengatakan budaya berburu masyarakat kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang yang dulunya berburu secara tradisional, yaitu dengan membawa busur, anak panah, tongkat, parang, bahkan membawa tali untuk memasang jerat binatang seperti tikus, kuskus, babi hutan, ular, dan lain sebagainya ke hutan agar mendapatkan hasil buruannya itu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Namun sejak ia masuk membuka ekowisata di wilayah itu pada tanggal 6 mei 2015, warga kampung Rhepang Muaif diajari untuk berburu secara modern atau dengan menggunakan alat perekaman.
Waisimon menjelaskan ekowisata ISYO Hills yang dibangunnya itu telah mengubah cara pandang masyarakat di distrik Nimbokrang tentang hewan dan tumbuh-tumbuhan yang dulunya dianggap bahan makanan atau pakaian, namun ternyata bisa juga menghasilkan uang dari usaha jasa lingkungan (jasling).
Dengan usaha jasling ini, alam bisa bersahabat dengan manusia, dan hewan semakin berkembang sehingga dengan kekayaan itu masyarakat dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah tanpa merusak alam.
“Ini harta yang nenek moyang titip untuk kita, sehingga saya menghimbau kepada seluruh masyarakat adat Papua harus menjaga kekayaan alam ini. Karena kalau kita kelola dengan baik maka akan menghasil uang dari situ,”ujarnya.
Diketahui Waisimon mengembangkan Ekowisata Birdwatching Isyo Hills, habitat Cendrawasih yang berada di kawasan hutan seluas 100 hektar dan Ia mengamati pola makan dan kebiasaan Cendrawasih dari pagi hingga sore. Menurut Waisimon terdapat sekitar 30 jenis Cendrawasih di Indonesia, 28 jenis di antaranya dapat ditemukan di Papua. Dan delapan macam spesies burung cendrawasih yang berhasil diidentifikasi di tempat ini, empat di antaranya bisa dilihat langsung di Isyo Hills. (*)
Discussion about this post