Jayapura, Jubi – Balai Bahasa Provinsi Papua menggelar Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Papua di Kota Jayapura, dalam rangka implementasi pelindungan bahasa daerah tahun 2023.
“FTBI ini bertujuan mengampanyekan pentingnya pelestarian bahasa daerah bagi generasi muda,” ujar Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua, Sukardi Gau di Hotel Horison Ultima Entrop, Kota Jayapura, Rabu (22/11/2023).
Kegiatan yang berlangsung dari 21-23 November 2023 diikuti sebanyak 54 orang, terdiri atas 36 anak dan 18 pendamping. Peserta berasal dari 9 kabupaten/kota yang bahasa daerahnya direvitalisasi.
“Kegiatan FTBI ini sekaligus memberikan apresiasi kepada peserta revitalisasi bahasa daerah di sembilan kabupaten/kota sebagai tunas bahasa ibu terpilih, atas semangatnya mempelajari bahasa daerah dan menumbuhkan rasa cinta para generasi muda terhadap bahasa daerahnya,” ujarnya.
Selain itu, dilanjutkannya, kegiatan ini untuk meningkatkan sikap positif masyarakat dalam berbahasa daerah, membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap bahasa daerah (bahasa ibu), dan meningkatkan peran aktif dan kepedulian para pemangku kepentingan terhadap pelestarian bahasa daerah.
Dikatakannya, peserta FTBI tingkat Papua adalah para siswa atau tunas bahasa ibu yang telah mengikuti pembelajaran dalam kegiatan revitalisasi bahasa daerah di sekolah atau komunitas.
“Mereka adalah para Tunas Bahasa lbu yang ikut Festival Tunas Bahasa Ibu di tingkat kabupaten/kota. Peserta yang dipilih adalah anak-anak SD atau anak-anak usia 9-12 tahun dan anak-anak SMP atau anak-anak usia 12-16 yang telah mengikuti proses pembelajaran menulis cerita pendek dan membaca cerita pendek, dan berpidato,” ujarnya.
Sukardi Gau mengatakan program Revitalisasi Bahasa Daerah merupakan program Merdeka Belajar Episode 17 yang diluncurkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada 22 Februari 2022.
“Revitalisasi Bahasa Daerah perlu dilakukan mengingat sebagian besar dari 718 bahasa daerah di Indonesia berada pada kondisi rentan, mengalami kemunduran, bahkan terancam punah hingga kritis akibat rendahnya sikap positif penutur bahasa dan tidak berlangsungnya pewarisan, sehingga terjadi penurunan penggunaan bahasa daerah oleh penutur jatinya,” ujarnya.
“Pada tahun ini, Balai Bahasa Provinsi Papua merevitalisasi sembilan bahasa daerah, yaitu bahasa Tobati di Kota Jayapura, bahasa Sentani di Kabupaten Jayapura, bahasa Biyekwok/Biyaboa di Kabupaten Keerom, bahasa Sobei di Kabupaten Sarmi, bahasa Biak di Kabupaten Biak, bahasa Kamoro di Kabupaten Mimika, bahasa Marind/Mbuti di Kabupaten Merauke, bahasa Moi di Kabupaten Sorong, dan bahasa Hatam di Kabupaten Manokwari,” katanya.
Kepala Bappeda Provinsi Papua, Yohanes Walilo, mewakili Penjabat Gubernur Provinsi Papua, Muhammad Ridwan Rumasukun, berharap melalui FTBI ini, akan melahirkan tunas-tunas bahasa ibu yang bangga menggunakan bahasa daerahnya dan mempunyai sikap positif terhadap bahasa daerahnya.
“Dengan adanya FTBI ini diharapkan mampu menampakkan kembali wajah keindonesiaan kita melalui bahasa dan sastra, tidak hanya di Tanah Papua, tetapi juga di seluruh pelosok negeri. Semoga kegiatan ini menjadi sarana dan elemen penting untuk menggerakkan pembangunan bidang pendidikan dan kebudayaan,” katanya.
FTBI tingkat Papua dihadiri Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Ketua DPRD Provinsi Papua, dan perwakilan bupati dari sembilan bahasa daerah yang direvitalisasi serta undangan lainnya. (*)