Manokwari, Jubi – Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Manokwari, Provinsi Papua Barat, menyelenggarakan kegiatan pertemuan antar pemangku kepentingan dan focus group discussion (FGD) bertajuk Kolaborasi Pemberdayaan Petani Orang Asli Papua (OAP), bertempat di Gedung Sasana Karya Kantor Bupati Manokwari, Rabu (22/11/2023).
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai langkah konsolidasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan untuk pengembangan komoditas sayuran di kalangan petani orang asli Papua di Provinsi Papua Barat, khususnya di Kabupaten Manokwari.
FGD diinisiasi oleh Kantor Sekretariat Daerah Manokwari dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Manokwari serta melibatkan seluruh jajaran organisasi perangkat daerah (OPD), perusahaan benih PT. Agrosid Manunggal Sentosa, Anggi Mart, serta PRISMA, program Kemitraan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk pengembangan pasar pertanian inklusif di Indonesia.
Sekretaris Daerah (Sekda) Manokwari, Henri Sembiring, mengatakan pentingnya konsolidasi dan koordinasi antar pemangku kepentingan untuk pengembangan sektor sayuran di Manokwari sebagai bagian dari arah kebijakan pengembangan potensi daerah.
“Bagi petani kami, pertanian sayuran memiliki peranan penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari,” ujar Henri dalam rilis pers yang diterima Jubi, Rabu (23/11/2023).
Plt Kepala Bappeda Manokwari, Oktovianus Kambu, berharap hasil dari pertemuan ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan program pemerintah daerah.
“Dengan memastikan keterlibatan semua pihak berdasarkan acuan yang disepakati bersama, saya meyakini pengembangan sektor sayuran di Manokwari dapat lebih strategis dan optimal.” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Manokwari menyampaikan perkembangan pertanian sayuran atau hortikultura di Manokwari tidak terlepas dari berbagai tantangan. Salah satunya adalah terbatasnya jumlah penyuluh pertanian.
“Sehingga, diperlukan kolaborasi dengan pihak lain seperti perusahaan swasta dan program mitra pembangunan untuk mengoptimalkan pendampingan
kepada petani, secara khusus petani orang asli Papua,” katanya.
Untuk diketahui, studi yang dilakukan oleh PRISMA pada tahun 2022 menemukan bahwa produksi sayuran di Tanah Papua hanya memenuhi kurang dari separuh permintaan lokal yang mencapai 181.000 ton. Hal ini terjadi karena petani lokal khususnya petani orang asli Papua memiliki produktivitas rendah akibat terbatasnya akses ke sarana produksi pertanian yang berkualitas, informasi praktik pertanian dan pendampingan, serta kurangnya akses informasi pasar, terutama bagi petani perempuan.
Pemilik Anggi Mart, Simon Tabuni, menyadari tingginya permintaan sayur di Manokwari terutama untuk bunga kol, brokoli, wortel, dan bawang merah, namun masih diimpor karena terbatasnya pasokan dari petani lokal.
Tabuni juga mengatakan pihaknya merasa terbantu dengan adanya dukungan dari Agrosid dalam pendampingan petani khususnya orang asli Papua, untuk meningkatkan produksi sayuran tersebut. Selain itu dia juga merasakan manfaat dari dukungan PRISMA dalam meningkatkan kapasitas pengembangan bisnis.
“Kami berharap ke depannya pemerintah juga dapat meningkatkan peran dan kontribusi dalam peningkatan pasokan sayur dari petani lokal,” ujar Tabuni.
Terkait ini, PT Agrosid Manunggal Sentosa yang turut hadir dalam kegiatan FGD berpendapat bahwa pihaknya siap untuk masuk ke pasar sayuran di Papua Barat dengan memperkenalkan benih sayuran unggulan dan memberikan pendampingan Good Agricultural Practice (GAP) kepada petani lokal terutama petani orang asli Papua.
Head of Portfolio PRISMA, Gracia Christie Napitupulu, menambahkan
bahwa PRISMA mendukung optimalisasi potensi pertanian di Papua Barat.
“Dukungan PRISMA untuk sektor sayuran di Papua Barat merupakan bagian dari target program untuk mendukung peningkatan kesejateraan satu juta petani skala kecil di Indonesia Timur,” ujarnya. (*)