Jayapura, Jubi – Sejumlah sopir angkutan kota mengeluhkan pendapatan mereka makin berkurang. Penumpang mereka sepi sejak maraknya ojek dan taksi daring di Kota Jayapura.
Kondisi itu salah satunya dirasakan Steldi Lamia, 47 tahun, sopir angkutan kota jurusan Terminal Mesran-Pasir 2. Dia mengaku rutinitasnya dalam mengangkut penumpang makin berkurang saat ini.
“Dahulu, sampai sembilan [bahkan] 10 [rit] [sehari]. Sekarang, sudah malam, baru tiga [rit],” kata Steldi, Kamis (12/10/2023).
Sepinya penumpang membuat pendapatan Steldi melorot. Dahulu, dia bisa mengantongi pendapatan bersih sebesar Rp400 ribu sehari. Sekarang, penghasil itu berkurang hingga tinggal separuhnya.
“Sekarang [penghasilan sehari] Rp150 ribu hingga Rp200 ribu. Itu cuma [hanya pas-pasan] untuk uang [membeli] bahan bakar,” ujar Steldi.
Kondisi serupa dialami Maklon Yepese, 55 tahun. Sopir angkutan kota jurusan Expo-Sentani tersebut hanya mengantongi pendapatan bersih sekitar Rp70 ribu sehari, dari yang sebelumnya Rp150 ribu sehari.
“Saya berharap pemerintah membuka lapangan kerja [baru] untuk sopir taksi online [daring] sehingga tidak mengganggu lahan pekerjaan kami. Kalau pemerintah sediakan lapangan pekerjaan [baru], pasti mereka bisa tinggalkan [tidak lagi menjadi sopir] taksi online [daring],” kata Yepese.
Sejumlah warga lebih memilih menggunakan ojek atau taksi daring ketimbang angkutan umum lain. Salah satu alasan mereka ialah faktor kenyamanan penumpang.
“Saya pilih angkutan online [daring] karena tidak harus antre [di terminal], dan tidak macet [di jalan]. [Mereka] juga antar [penumpang] sampai di tujuan [titik pemberhentian],” kata Sofia, 41 tahun, warga Jalan Diponegoro, Kota Jayapura.
Banyaknya angkutan kota yang menaikkan penumpang di luar terminal juga turut menyebabkan turunnya pendapatan para sopir. Akibatnya, mereka terancam kehilangan pekerjaan karena tidak mampu lagi memenuhi setoran kepada pemilik kendaraan ataupun melunasi kredit bank.
“[Kendaraan] ini sudah empat bulan tidak setor [cicilan kredit] ke bank, sehingga tinggal tunggu ditarik [disita pihak bank]. Bagaimana mau setor, uangnya tidak ada?,” ujar Steldi. (*)