Wamena, Jubi – Intensitas curah hujan yang tinggi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya selama dua pekan terakhir sejak 1 April 2024 mengakibatkan puluhan kebun tanaman ubi jalar dan sayur-mayur milik warga rusak tertimbun longsor di tiga lokasi di Werasimo, Kampung Paweka, Distrik Welesi. Tanaman itu gagal panen, termasuk beberapa tanaman tebu dan kelapa hutan (waremo).
Salah satu pemilik kebun, Mama Lalogosa Elopere mengatakan longsor terjadi selama dua hari, pada Selasa dan Rabu (16-17/4/2024). Kebunnya yang ditanami ratusan ubi jalar dan sayur-mayur, serta puluhan keladi yang berada di ketika lokasi tertimbun longsor.
“Saya punya tanaman ubi, sayur-mayur, dan keladi itu di lokasi pertama dan kedua, sudah memasuki umur enam bulan dan siap panen, rencananya minggu depan sudah mau panen, tapi semuanya longsor kasih rata dengan tanah,” katanya pada Kamis (18/4/2024).
Kemudian, kata Mama Lalogosa Elopere, di lokasi ketiga semua tanaman satu jenis dan baru berumur tiga bulan. “Baru mulai panen sayur dan bersihkan rumput, tapi terkena longsor pada Rabu (17/4/2024) malam, semua tanaman habis tidak ada yang sisa satu pun,” katanya.
Ia mengetahui longsor menghantam kebun-kebunnya ketika datang ke lokasi pada pagi. “Begini tanaman saya itu hancur semua, akhirnya saya hanya duduk menangis, terus pulang sore, karena kebun itu satu-satunya harapan hidup saya untuk menghidupi ketiga anak saya yang masih kecil, mereka masih sekolah SD,” kata Mama Elopere saat ditemui Jubi di Kampung Pawekama, Kamis (18/4/2024) pagi.
Mama Nani Lanny juga mengalami hal yang sama. Ia mengaku beberapa kebun miliknya yang ditanami ubi, sayur-mayur, dan tebu sekitar 10 bedeng juga rusak dihantam longsor.
“Karena kebun saya itu ada di titik utama longsor, jadi semua tanaman saya hancur tidak ada sisa. Saya punya tanaman baru umur lima bulan, sedikit lagi sudah mau panen tapi gagal panen akibat longsor ini,” katanya.
Mama Lanny mengaku selama ini kebunnya diolah sendiri, mulai dari awal babat rumput, membersihkan ranting-ranting kayu hingga membuat bedeng dan menanam. Taka da suami atau orang lain yang membantunya.
“Tapi saat sudah siap mau panen terjadi musibah longsor begini, saya sangat sedih dan hanya bisa menangis atas musibah ini, sebab kebun ini menjadi satu-satunya harapan hidup saya, apalagi tanaman sayur-mayur seperti sayur kol, sawi, buncis, dan daun labu siam semua tertimbun longsor, tidak ada sisa sedikit pun,” ujarnya.
Ia menjelaskan tanaman sayur-mayur seperti itu sengaja ditanam banyak karena hasilnya akan dijual ke Pasar Sinakma. Hasil penjualan diperlukan untuk beli sabun, beras, dan kebutuhan dapur lainnya seperti minyak goreng, garam dan berbagai bumbu.
“Selain itu juga kadang kita belikan pakaian baru untuk anak-anak dan untuk biaya sekolah juga kadang dari hasil dari kebun, tapi sekarang sudah tidak ada harapan lagi,” katanya..
Mama Yulita Asso menjelaskan akibat longsor tersebut lima mama-mama pemilik kebun di tiga lokasi tersebut menjadi korban, yakni Mama Lalogosa Elopere, Mama Nanny Lanny, Mama Marlina Yelipele, Mama Etty Yelipele, dan Mama Yulita sendiri.
“Jadi kita lima orang mama-mama ini jadi korban utama atas kejadian longsor ini, karena puluhan kebun dan ratusan tamanan yang tertimbun longsor itu sebagai mata pencarian kita sehari-hari, tapi sekarang sudah tidak bisa dan tidak ada lokasi atau kebun yang bisa kita harapkan lagi. Jadi bingung kita harus buat apa dan kita hanya bisa pasrah saja,” ujarnya.
Ia berharap dengan kejadian ini Pemerintah Kabupaten Jayawijaya bersama Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan bisa melihat kondisi mereka dan memberikan bantuan bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari selama beberapa bulan ke depan, sebelum mereka mencari lokasi baru untuk berkebun.
“Kita hanya bisa pasrah dan berharap kepada pemerintah semoga mereka bisa memberikan bantuan kepada kita lima orang mama-mama ini untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari kita selama kita mengalami musibah longsor ini,” ujar Asso.
Mama Asso mengaku mengalami kerugian belasan juta rupiah akibat longsor tersebut. “Sebab hasil tanaman sayu -mayur dan ubi, serta tanaman keladi itu jika dibawa ke Pasar Sinakma dan jual itu bisa menghasilkan uang belasan juta rupiah, tapi sekarang sudah tidak bisa lagi,” katanya. (*)
Discussion about this post