Jayapura, Jubi – Seluruh cabang olahraga Papua sedang menunggu kepastian ihwal keikutsertaan mereka di Pekan Olahraga Nasional atau PON XXI di Aceh – Sumatera Utara tahun ini. Begitu pun dengan tim Hoki Papua yang akan bertanding lebih dulu di hajatan akbar olahraga nasional itu.
Sama halnya dengan puluhan cabang olahraga (cabor) maupun disiplin olahraga lainnya yang masih menanti nasib. Tim Hoki Papua yang telah meloloskan empat nomor ke PON XXI juga masih dalam situasi kalut dan gelisah.
Hoki Papua akan menjadi cabor pertama yang bertanding di PON XXI Aceh – Sumatera Utara, namun sampai saat ini persiapan yang mereka lakukan belum berjalan maksimal, karena masih menunggu dukungan pemerintah kepada Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Papua untuk melaksanakan TC terpusat.
Situasi pelik yang dialami kontingen Papua menuju PON XXI turut berimbas pada persiapan seluruh cabor, termasuk tim Hoki. Program yang dicanangkan menjadi kacau balau dan tidak lagi sesuai periodesasi.
Ketua Pengurus Provinsi Federasi Hoki Indonesia (FHI) Papua, Yotam Wakum mengatakan karena belum adanya dukungan anggaran dari pemerintah membuat persiapan atletnya baru sebatas memusatkan latihan secara mandiri.
Ia menyebut situasi yang dialami oleh olahraga Papua saat ini berubah drastis dari masa pemerintahan sebelumnya yang sangat memperhatikan atlet maupun cabor.
“Kami Ketua-ketua Pengprov Cabor di Papua ini sangat kecewa dengan kondisi saat ini, tidak seperti PON XX kemarin di rumah sendiri, dimana perhatian pemerintah itu sangat luar biasa di masa pemerintahan Almarhum Pak Lukas Enembe. Sementara untuk PON XXI ini justru situasi yang kami hadapi sangat berubah drastis,” kata Yotam kepada Jubi, Kamis (18/4/2024).
Ia heran dengan status Papua sebagai bakal Provinsi Olahraga justru tidak ada perhatian dari pemerintah untuk memberikan dukungan serius kepada para atlet maupun cabor, apalagi sedang menuju PON XXI yang akan dilaksanakan tahun ini.
“Papua ini sudah disebut oleh Presiden Jokowi sebagai Provinsi Olahraga, ternyata atletnya tidak didukung oleh pemerintah daerah, ini kan keterlaluan,” ujarnya.
Pelatih tim Hoki Papua, Matheus Kbarek mengungkapkan timnya masih konsisten berlatih. Hanya saja, ia mengaku program latihan sudah tidak sesuai periodesasi karena lambatnya TC terpusat.
“Kami tim Hoki sejauh ini tetap konsisten melakukan latihan dan target kami memang ada di outdoor untuk medali emas putra putri. Tapi karena kondisi yang sedang kita hadapi saat ini sangat riskan sekali, karena untuk periodesasi kita itu sangat ketinggalan,” kata Kbarek.
Ia juga mengatakan program latihan fisik juga tidak terukur karena ketiadaan pelatih fisik yang bonusnya belum terbayarkan sampai hari ini.
“Kami punya pelatih fisik bonusnya belum dibayar sampai sekarang, makanya kita juga terkendala di situ. Kami khawatirkan target medali emas kita itu bisa meleset karena latihan fisik dan sebagainya itu tidak terukur karena tidak ada periodesasi,” ujarnya.
Pemerintah Harus Kasih Jawaban
Yotam Wakum meminta kepada Pemerintah Papua melalui Pj Gubernur untuk segera memberikan jawaban perihal status atlet disisa 144 hari menuju PON XXI untuk menyelamatkan wajah olahraga Papua.
“Kami berharap kepada pemerintah, Pj Gubernur Papua untuk segera ambil langkah untuk selamatkan anak-anak negeri ini untuk bisa berkompetisi meraih prestasi di PON XXI. Papua ini menjadi barometer untuk olahraga di Indonesia,” kata Yotam.
Target lima besar atau empat besar kata Yotam sudah mustahil bisa diwujudkan jika persiapan atlet Papua masih molor hingga waktu yang semakin dekat menuju pelaksanaan PON XXI.
“Bagaimana kita mau target untuk medali emas atau perak dan perunggu di PON XXI, sedangkan sampai hari ini TC terpusat tidak juga dilakukan oleh para cabor. Ini kan sudah keterlaluan dan sangat kasihan atlet kami,” ujarnya.
“Pemerintah harus segera mengambil langkah, dalam minggu ini kalau bisa jangan tunda-tunda waktu lagi karena bulan Juli atau Agustus akhir itu cabor-cabor sudah harus adaptasi venue,” sambungnya.
Menurut Yotam, pemerintah harus segera bersikap karena bagaimana pun juga olahraga memiliki peran penting bagi Papua sebagai simbol kebanggaan dan harga diri Orang Papua.
“Seharusnya olahraga yang menjadi nomor satu. Karena olahraga yang menghidupkan rasa semangat dan membawa harga diri Papua. Sebab atlet kita banyak yang dipanggil memperkuat timnas,” katanya.
Ia juga sedikit menyentil Pemerintah Papua yang bisa dibilang kalah dengan Provinsi Daerah Otonomi Baru (DOB) yang bahkan sudah sangat getol mempersiapkan atlet mereka jelang PON XXI.
“Masak daerah lain yang pemekaran DOB saja sudah sangat siap untuk ikut PON XXI, sementara kita yang provinsi tua ini belum bisa bikin apa-apa itu bagaimana ceritanya,” keluhnya.
Matheus Kbarek juga berharap Pemerintah Papua bisa segera memberikan jawaban agar disisa waktu tiga bulan ke depan timnya bisa menghitung target dan mematangkan persiapan.
“Sekarang karena keadaan begini, kita belum bisa pastikan siapa atlet yang akan dibawa. Kita mau paksakan dan naikkan intensitas latihan juga serba salah. Kita pusing sekali dengan situasi seperti ini,” kata Kbarek.
Pengamat olahraga dan Dosen Universitas Cenderawasih, Dr. Daniel Womsiwor mengaku persiapan atlet Papua menuju PON XXI sudah sangat tertinggal jauh dari provinsi lainnya. Ia pun berharap pemerintah bisa cepat merespons situasi itu dengan memberikan dukungan.
“Kalau kita menganalisa secara fisiologi dari periodesasi atau tahapan mempersiapkan atlet PON ini memang Papua sudah sangat terlambat. Kita berharap pemerintah Papua segera memberikan dukungan anggaran supaya KONI bisa menggelar TC terpusat untuk para atlet,” kata Womsiwor.
Sulit Cari Sponsor
KONI Papua menyarankan opsi alternatif bagi setiap cabor untuk mencari sponsor atau orang tua asuh agar mendapatkan dukungan menuju PON. Tapi, opsi tersebut kemungkinan kecil bisa dilakukan oleh tim Hoki. Mereka tetap meminta pemerintah untuk bertanggungjawab.
“Sebenarnya untuk mencari orang tua asuh itu kan alternatif terakhir, itu bukan tujuan utama, karena pemerintah harus tetap bertanggung jawab, karena sumber utamanya harus dari pemerintah dulu,” kata Yotam.
Ia menuturkan untuk mencari sponsor bagi kepentingan olahraga, apalagi di Papua itu bukan hal yang mudah. Jangankan olahraga yang lain, sepak bola yang populer saja sampai sekarang masih sulit untuk mendapatkan sponsor.
“Jujur kalau di Papua ini kita mau dapat dukungan dari sponsor itu sangat kecil dan sulit, kecuali di Pulau Jawa sana atau provinsi lainnya. Kita di Papua ini sulit mendapatkan sponsor karena mereka juga membutuhkan garansi atau jaminan atau timbal balik apa yang didapat,” ujarnya.
Ia meminta kalau bisa Pemerintah Papua harus segera mengambil langkah dan mencari solusi, termasuk mungkin menyurati Bupati-bupati untuk memberikan dukungan kepada cabor-cabor yang berada di kabupaten, seperti Hoki di Biak Numfor.
“Mulai dari Pra-PON kemarin harus pemerintah sudah siap, jadi kalau bilang tidak ada uang ini sudah keterlaluan. Seharusnya sudah siap dan tahu bahwa PON ini akan digelar kapan, jadi sudah ada alokasi dana untuk persiapan atlet. Apalagi ini perjalanan jauh ke Pulau Sumatera.
Itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit,” keluhnya.
Ketua Umum KONI Papua, Kenius Kogoya mengaku keterlambatan dukungan anggaran dari Pemerintah membuat pihaknya sampai saat ini belum bisa memprogramkan TC terpusat.
“Sedikit yang menganggu kami karena pada bulan Maret dan April ini dalam program yang sudah direncanakan, periodesasi itu memang atlet-atlet kita sudah harus masuk dalam penampungan dan TC dalam rangka persiapan menuju PON XXI,” kata Kenius.
“Namun program ini terancam tidak bisa jalan karena belum mendapatkan sebuah kepastian, jadi kita berharap pemerintah daerah bisa menyampaikan secara terbuka apakah kemudian pemerintah bisa memfasilitasi atlet dan ofisial bisa ikut PON atau tidak.” (*)
Discussion about this post