Sentani, Jubi – Dari pendataan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura dan beberapa lembaga terkait sejak tahun 2022 lalu, terjaring ribuan orang yang tinggal dalam kondisi melek aksara atau tidak bisa membaca dan menulis.
Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Amelia Ibo, mengatakan pihaknya telah bekerja sama dengan sejumlah pihak termasuk Polres Jayapura, dalam hal ini kelompok Gabus, untuk mendata seluruh masyarakat di Kabupaten Jayapura yang melek aksara.
“Ada 3.600 orang yang melek aksara dan rata-rata mereka adalah orang tua yang berusia 50-70 tahun,” jelas Amelia Ibo saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (13/2/2023).
Dikatakan, dalam pendataan kelompok melek aksara, Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura dibantu oleh Kelompok Gabus dari Polres Jayapura.
“Ada kelompok-kelompok yang terus dibina untuk belajar membaca dan menulis. Nanti dilakukan ujian tertulis di Obhe Reymai Polres Jayapura,” katanya.
Sementara untuk kegiatan non formal, kata Amelia, pihaknya terus memberikan perhatian kepada PAUD, PAUD sejenis, Taman Bacaan Masyarakat, Taman Kanak-Kanak atau Kelompok Bermain, hingga kelompok belajar paket A, B, dan C.
“Yang melek aksara, kami berikan surat melek aksara atau yang biasa kami sebut sukma,” katanya.
Menurutnya, keinginan masyarakat secara khusus para orang tua yang memiliki harapan sangat tinggi terhadap anak-anak mereka yang harus mendapatkan pendidikan lebih dari mereka, ternyata sama sekali tidak berjalan dengan baik. Sebab, rata-rata orang tua di kampung tidak mampu menjelaskan apa yang diterima anak-anak mereka saat ini dibangku pendidikan.
“Sekolah nonformal sangat susah, apalagi sekolah formal. Anak-anak bawa pulang pekerjaan rumah, tidak selesai dikerjakan karena orang tuanya termasuk dalam kategori melek aksara,” ucapnya.
Untuk itu, ada 54 Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dibentuk di 19 distrik di Kabupaten Jayapura, dengan harapan melalui PKBM ini dapat mempermudah dan memperkecil angka buta aksara atau melek baca tulis di kalangan orang tua kita.
“Yang aktif saat ini ada 24 PKBM, dan saat ini terus diberi perhatian serius terhadap kelompok-kelompok ini,” jelasnya.
Sementara itu, Fery Doyapo, salah seorang warga masyarakat, mengatakan melek aksara sesungguhnya tidak terjadi bagi orang-orang tua kita. Karena hingga saat ini, kebiasaan membaca kitab suci dan menyanyikan kidung atau lagu-lagu pujian dari kumpulan lagu-lagu rohani terdahulu masih terus dilakukan. Hal ini menandakan bahwa mereka sama sekali tidak melek aksara. Dinas terkait mestinya membuat grafik atau informasi terkait data-data masyarakat yang melek akasara ini.
“Sangat miris sekali kalau jumlahnya sampai ribuan orang. Perlu informasi yang tepat dan sedetail mungkin terkait hal ini. Kalau soal kawasan atau penjelasan soal kurikulum atau mata pelajaran yang saat ini dilaksanakan, tentunya orang tua kami sangat tidak mengerti. Tetapi berhitung atau membaca, pastinya sebagian besar mereka tahu,” katanya. (*)