Sentani, Jubi – Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Jayapura melalui Dinas Sosial membuka posko di terminal Pasar Pharaa Sentani, sehari setelah terjadi kebakaran yang menimpa ratusan pedagang yang berjualan di Pasar Baru Sentani.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Jayapura, Arri Deda, mengatakan posko yang dibuka pihaknya ini sebanyak empat unit, yang bertujuan melakukan pendataan para pedagang korban kebakaran di Pasar Baru Sentani yang terjadi pada Jumat (6/1/2023).
Dikatakan, dengan pendataan tersebut, ketika datang bantuan yang ditujukan kepada para pedagang korban kebakaran, bisa tepat sasaran.
“Pedagang cukup membawa dokumen kependudukan dan menyampaikan informasi terkait usaha atau dagangan mereka yang terbakar,” ujar Arri di terminal Pasar Pharaa Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (7/1/2023).
Selain posko yang didirikan, kata Deda, pihaknya juga menurunkan Satuan Tugas Tanggap Bencana (Satgas Tagana) untuk mengamankan barang-barang dagangan para pedagang yang sempat diselamatkan untuk dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
Sejak Jumat malam setelah kebakaran, Satgas Tagana sudah mulai bekerja memindahkan barang dagangan ke Kantor Bupati Jayapura di Gunung Merah, Sentani.
“Kita juga berkoordinasi dengan pihak Disperindag, komunitas, dan forum pedagang Pasar Pharaa Sentani agar proses pendataan yang dilakukan ini bisa berjalan dengan baik dan bantuan yang nanti diterima juga tepat sasaran,” katanya.
Terpisah, Kepala Pasar Pharaa Sentani, Keliopas Mehue, menjelaskan pihaknya sedang melakukan pendataan secara rinci terhadap 436 pedagang yang menjadi korban kebakaran.
Menurutnya, kebakaran yang dasyat kemarin tidak hanya membumihanguskan seluruh barang dagangan dari ratusan pedagang yang setiap hari berjualan di Pasar Baru Sentani, termasuk harta benda lainnya seperti kendaraan roda dua, roda empat, dan harta benda lainnya di dalam pasar yang ikut hangus.
“Seperti bangunan los F yang di dalamnya ada 36 penjahit atau tylor yang seluruh barang dagangan jadi, mesin jahit, komputer, motor, dan gulungan kain yang digunakan untuk menjahit baju dan lainnya ditinggal tanpa [bisa] diselamatkan,” ujarnya.
Mehue juga menjelaskan dari data tersebut yang akan digabungkan dengan semua data dan informasi yang terkumpulkan untuk dijadikan satu data resmi lalu diserahkan kepada pihak-pihak terkait sehingga penyaluran bantuan di kemudian hari bisa tepat sasaran.
“Kita antisipasi oknum-oknum di luar sana yang memanfaatkan kesusahan orang lain untuk mengambil keuntungan dari bencana kebakaran yang menimpa para pedagang kami di pasar baru,” ujarnya.
Sementara itu, Ridwan Karim, pemilik Bahana Tylor yang ada di dalam los atau bangunan F, mengaku barang-barang kerja miliknya seperti dua unit mesin jahit lunak dan dua unit mesin jahit keras (bordir), satu unit komputer, serta belasan pis (gulungan) kain driil, habis dilahap si jago merah.
“Tidak ada firasat aneh jika nanti terjadi kebakaran. Tempat kerja sedang ditutup sementara karena sebagian dari kami ada pergi ke masjid untuk sholat. Dari dalam masjid kami baru tahu informasi kebakaran. Tidak ada yang bisa kami selamatkan selain pasrah. Apalagi apinya menjalar seperti aliran air karena tiupan angin yang kencang,” ungkapnya. (*)