Sentani, Jubi – Kebakaran dasyat Pasar Baru Sentani di Kabupaten Jayapura yang menelan harta benda serta barang dagangan 436 pedagang di pasar tersebut pada Jumat (6/1/2023) pukul 14.30 WIT diduga akibat korsleting listrik dari sebuah los sembako yang berada di ujung bagian barat pasar tersebut.
Tiupan angin yang cukup kencang mengarah dari barat ke timur pada sore kemarin, hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit, ratusan los dan kios rata dengan tanah.
Banyak pedagang yang tidak sempat menyelamatkan barang dagangan mereka karena ditinggal dalam kondisi tertutup. Ada yang pergi sholat Jumat, dan ada yang hanya buka setengah hari dan pulang ke rumah.
Seorang petugas keamanan di Pasar Baru Sentani, Petrus Tokoro, menceritakan bahwa api bermula dari salah satu los sembako yang ditinggal pemiliknya tanpa memutuskan aliran listrik di dalam los tersebut yang diduga terjadi korsleting listrik sehingga mengakibatkan nyala api yang tiba-tiba membesar dari dalam los tersebut dan merambat dengan cepat ke los dan kios yang terdekat dengan los yang terbakar tersebut.
“Kami berusaha untuk padamkan api, tetapi tidak ada tempat air yang terdekat. Sore kemarin itu angin sangat kencang dan api dengan leluasanya menyebar ke los dan kios lain,” ujar Petrus di Pasar Baru Sentani, Sabtu (7/1/2023).
Menurutnya, los dan kios yang menjual sembako serta pakaian bekas atau cakar bongkar (cabo) serta infrastruktur kios dan los yang menggunakan bahan tripleks memudahkan api untuk menyebar dengan cepat, ditambah dengan tiupan angin yang kencang.
“Ada ratusan los di sini. Semuanya tidak sempat menyelamatkan barang-barang mereka karena panik dan berlarian keluar lokasi pasar untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing. Saya dan beberapa teman sempat berusaha memadamkan kobaran api, bahkan pakaian kami dibadan juga sempat terbakar,” jelasnya.
Terpisah, Nurdin, salah seorang pedagang barang kelontong, mengaku tidak sempat menyelamatkan barang dagangannya karena api merambat sangat cepat.
“Setengah jam saja, semuanya sudah rata. Ada kios barang juga diluar pasar ini. Perkiraan kami tidak sampai di luar jalan masuk pasar, ternyata dugaan kami salah. Untungnya sebagian barang di kios kami selamatkan dan sebagian besar serta bangunan kios habis terbakar,” katanya.
Sementara itu, Rasmawiyah, pedagang sembako dan kelontong, mengatakan kebakaran pasar ini kali kedua yang dirasakannya.
Menurut ibu dua anak ini, kebakaran pertama yang menimpa Pasar Baru Sentani pada 2004 silam, masih banyak barang yang bisa diselamatkan, tetapi kebakaran saat ini tidak ada satupun barang dagangan yang bisa diselamatkan karena prosesnya berlangsung dengan cepat.
“Api dari arah belakang [barat] menjalar dengan cepat, sehingga tidak bisa bagi kami untuk menyelamatkan dagangan,” ucapnya. (*)