Sentani, Jubi – Daripada lahan dijual kepada orang mending dimanfaatkan untuk usaha kafe. Demikian prinsip Cecilia Novany Mehue, pemilik Cafe Howe baru di Sentani, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Ditemui Jubi di Sentani pada Sabtu (16/12/2023), Mehue menceritakan awal mula ia membuka usaha. Ia memulainya dari modal yang dikumpulkan keluarganya dan pinjaman dari BFI Finance. Ia juga sempat ditolak bank untuk peminjaman modal.
“Awal buka banyak sekali kendala yang saya hadapi, mulai dari perdebatan dengan keluarga saya, sampai masalah modal, dan peralatan penunjang untuk kafe saya,” kata Mehue.
Setelah lulus di salah satu universitas di Amerika, ia memutuskan balik ke Sentani dan memulai usaha. Uang hasil bekerja selama di Amerika ia kumpulkan untuk menambah modal berusaha.
“Untuk tambahan modal saya sempat urus pijaman ke salah satu bank, cuma dari pihak bank mengatakan usaha kafe saya harus jalan dulu baru bisa dikasih pinjaman modal,” kata Mehue.
Ia kemudian mengajukan pinjaman untuk modal kepada salah satu pemberi modal usaha, yaitu BFI Finance Jayapura. Ditambah dengan bantuan dana dari keluarga, ia pun mendirikan kafe dengan nama Café Howe. Pinjaman ia gunakan untuk membangun kafe mini dan peralatan di dalamnya.
“Usaha kafe ini baru berjalan tiga bulan, tapi sudah bisa kembali modal,” kata Mehue.
Ia menceritakan banyak juga temannya yang mendukung pendirian kafe tersebut. Ada yang menyumbang lampu, kursi, dan meja.
Keunggulan Café Howe adalah lokasinya. Meski berada di depan rumah orang tuanya lokasi kafe ini pun luas dan bersentuhan langsung dengan alam, yaitu terletak di pinggir Danau Sentani. Sedangkan untuk karyawan ia mempekerjakan kerabatnya sendiri.
Lokasi tersebut dulu banyak ditumbuhi pohon sagu, tapi ketika banjir bandang melanda Sentani, banjir membawa material batu dan pasir. Tempat tersebut juga biasa digunakan orang tua Mehue untuk tempat bersantai. Beberapa kali ada pejabat yang menawar lahan tersebut untuk dibeli, namun Mehue bersikeras menolak karena ia sudah memikirkan untuk membuka usaha di sana.
“Daripada lahan ini kami jual, lebih baik dijadikan tempat usaha dan itu bisa bermanfaat bagi anak cucu ke depannya,” ujarnya.
Selain itu ada juga beberapa orang yang ingin menyewa lokasi tersebut untuk usaha kuliner. Merekabersedia membayar sewa per bulan Rp15 juta. Tapi lagi-lagi Mehue menolaknya.
“Yang saya pikirkan mending saya sendiri yang buka usaha kuliner di lokasi ini untuk membuka lapangan pekerjaan bagi keluarga saya,” katanya.
Selain kafe, lokasi tersebut juga disewakan untuk acara tertentu, termasuk bagi pengunjung yang ingin kemping. Kebetulan lokasi tersebut memiliki pemandangan yang indah. Pada pagi hari pengunjung bisa menikmati matahari terbit atau ‘sunrise’. Ketika purnama pengunjung juga bisa menikmati bulan dengan leluasa.
Untuk kemping tarifnya Rp1 juta dengan rincian untuk sewa lokasi, listrik, lampu, air, dan biaya keamanan.
Lahan CAfe Howe rata ditumbuhi rumput. Kafe ini juga disebut Cafe Pantai Howe karena terletak di pantai berpasir pinggir Danau Sentani. Bangku dan meja kafe disusun memanjang di pinggiran danau. Ada lampu berwarna kuning dipasang memanjang dari depan kafe mini mengikuti kursi yang ditata memanjang.
Pengunjung juga dapat melihat ikan danau berenang ke sana kemari di air danau yang jernih, bebeas dari sampah.
Café Howe terletak di Ifar Besar, Sentani, Kabupaten Jayapura. Jarak dari Bandara Sentani hanya 4,2 km yang bisa ditempuh dengan kendaraan sekitar 14 menit. Lokasinya tidak begitu sulit untuk dicari karena berdekatan langsung dengan jalan raya. Untuk sampai ke lokasi pengunjung bisa melalui Jalan Komba atau jalan masuk ‘Hati Hilang’. (CR-11)