Wamena, Jubi – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun meteorologi Wamena memprediksi perubahan musim penghujan ke kemarau di wilayah Wamena dan pegunungan pada di Papua, berlangsung pada Agustus hingga September 2022.
Kepala BMKG stasiun meteorologi Wamena, Subahari kepada wartawan di ruang kerjanya, Senin (4/7/2022) menyebut sejak Juni di Wamena curah hujan mulai berkurang.
Ia menjelaskan, mulai Juni 2022 selama sebulan itu curah hujan hanya 36 milimeter atau hanya 15 hari terjadi hujan, itu pun intensitasnya sedang atau di bawah normal.
“Terkait puncak pergantian ke musim kemarau di Wamena itu diperkirakan Agustus ke September sesuai regulasi tahunan. Pergantian musim ini akan berpengaruh ke sektor pertanian, kekurangan debit air akibat berkurangnya curah hujan, sehingga perlu diantisipasi,” katanya.
Memasuki kemarau, katanya, biasanya juga diikuti dengan meningkatnya suhu temperatur cuaca berubah baik di pagi/siang dan malam hari, hal itu disebabkan kelembapan berkurang akibat kurangnya curah hujan sehingga pertumbuhan awan berkurang.
“Pertumbuhan awan itu menghambat atmosfir suhu udara, dimana tidak terhalang oleh awan. Contoh di tanggal 30 Juni 2022 saja, temperatur di Wamena di pagi hari sampai 9 derajat celcius,” katanya.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Jayawijaya, Hendri Tetelepta mengatakan memang dalam siklus tahunan memasuki musim kemarau banyak sektor pertanian yang gagal panen akibat berkurangnya stok air.
Namun untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya tetap berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Meski begitu, tugas penyuluh pertanian atau balai penyuluh pertanian di tingkat distrik, wajib melaporkan perkembangan pertanian di wilayah masing-masing wilayah.
“Kalau pertanian yang paling terasa jika musim kemarau tiba itu adalah tanaman padi, jika berkepanjangan bisa gagal panen sehingga harus dibantu dengan pompa air,” katanya. (*)
Discussion about this post