Nabire, Jubi – Koordinator Umum Solidaritas Mahasiswa Dan Rakyat Papua Tolak Investasi Blok Wabu, Marius Jagani mengatakan masyarakat adat di Kabupaten Intan Jaya dan Provinsi Papua Tengah memiliki alasan menolak investasi Blok Wabu, bekas wilayah tambang Blok B PT Freeport Indonesia. Salah satunya, Blok Wabu memiliki sumber mata air yang mengalir di beberapa kabupaten.
“Sungai Wabu dan Kemabu menjadi sumber air bagi masyarakat adat mulai dari Intan Jaya sampai ke Paniai, Deiyai, Dogiyai, Timika, dan Nabire dan cabangnya sampai Mamberamo. Selain itu, sumber ikan dan mamalia lainnya, sumber kacang pohon dan lainnya, serangga dan burung, babi. Sumber pohon-pohon berdiameter besar yang dapat [dipakai] membangun rumah, pagar, dan jembatan, sumber estetika, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan,” kata Jagani saat membacakan pernyataan di depan ratusan demontran di Jalan Merdeka, Kabupaten Nabire, Papua Tengah, Kamis (18/1/2024).
Jagani mengatakan Gunung Wabu adalah wilayah yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarkaat adat setempat semenjak leluhur menurunkan puluhan marga dan suku yang mendiami dan bangunan rumah huni, rumah doa. Begitupun bagian wilayah Paniai, di sana banyak masyarakat adat yang sudah menyatu dengan keadaan alamny,” ujar Jagani.
Menurut Jagani, masyarakat adat menjadikan tanah dan hutan sebagai rumah dan pabrik yang tidak pernah krisis dari waktu ke waktu, menyediakan bahan bangunan, makanan dan minuman, air bersih, daging bergizi, obat-obatan. “Terlepas dari itu, sebagai perpustakaan belajar berburu, merajut noken, bernyanyi, dan menari, adat-istiadat lainnya. Termasuk mengonsep suku kata yang membentuk bahasa kami. Sebagai tempat sakral, [Gunung Wabu] kami hayati dan melindungi satu kesatuan saling melindungi,” katanya.
Jagani mengatakan Gunung Wabu telah membentuk jati diri dan martabat yang mendatangkan kedaulatan hidup sebagai masyarakat adat Papua Migani, Mee, dan lain-lain.
“Kami khawatir ketika investasi tambang datang, justru semua itu akan dihancurkan dan dimusnahkan. Kami sudah belajar dari [aktivitas tambang] PT Freeport Indonesia puluhan tahun [yang] hanya memperkaya pemodal dan pengelola, petinggi. Kehidupan masyarakat adat telah dicerai-beraikan dari kehidupan asli dan daulat, seperti di tanah Amungme, bahkan berdampak sampai kepada tanah Kamoro,” katanya.
Jagani mengatakan bahwa praktik buruk investasi di Tanah Papua itu menyebabkan Orang Asli Papua justru menjadi korban. Hal itu antara lain disebabkan ketidaksiapan orang Papua dari sisi sumber daya manusia dan pengetahuan tentang tambang.
“Banyak tenaga terdidik didatangkan dari luar Papua, luar Indonesia. [Aktivitas tambang menimbulkan dampak] mendatangkan pekerja seks, minuman keras, transmigran membuka bisnis-bisnis. Tapi masyarakat adat setempat hanya menjadi penonton, termarjinalkan, dan hanya hidup dari jual tanah atau menjadi budak, [sehingga] kesenjangan sosial meningkat,” katanya.
Jagani mengatakan masyarakat adat Migani, masyarakat adat Meepago, dan masyarakat adat Saireri mau hidup alami dan bersatu dengan Blok Wabu dan lautan. “Apabila Blok Wabu diambil, dicaplok, dan dieksploitasi, maka sama saja [dengan] menghancurkan hidup kami. Jangan hancurkan hidup kami, kami mau hidup ribuan tahun di Blok Wabu,” ujarnya.
Dalam tuntutannya, Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Papua Tolak Investasi Blok Wabu menyatakan menolak rencana penambangan Blok Wabu oleh PT Antam Tbk. Mereka menegaskan menolak segala bentuk eksploitasi tambang gunung emas di Blok Wabu, Intan Jaya.
Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Papua Tolak Investasi Blok Wabu meminta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral segera mencabut izin operasi yang diperuntukkan kepada PT Antam Tbk. Mereka juga meminta pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Papua Tengah, maupun Pemerintah Kabupaten Intan Jaya menghentikan semua pembahasan terkait eksploitasi tambang Blok Wabu.
Dalam pertanyaan sikapnya, Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Papua Tolak Investasi Blok Wabu juga menyebut bahwa masyarakat adat di Kabupaten Intan Jaya sebagai pemilik hak kesulungan menolak rencana PT Antam Tbk menambang Blok Wabu.
Solidaritas Mahasiswa dan Rakyat Papua Tolak Investasi Blok Wabu mendukung laporan Amnesty International Indonesia berjudul “‘Perburuan Emas’, Rencana Penambangan Blok Wabu Berisiko Memperparah Pelanggaran HAM di Papua” dan laporan sejumlah organisasi masyarakat berjudul “Kajian Ekonomi-Politik Penempatan Militer di Papua, Kasus Intan Jaya”, meminta temuan dalam kedua laporan itu diusut tuntas, dan meminta rekomendasi kedua laporan itu dijalankan.
Jagani mengatakan bahwa pernyataan sikap Solidaritas Mahasiswa Dan Rakyat Papua Tolak Investasi Blok Wabu itu ditandatangani pimpinan mahasiswa Meepago se-Indonesia. “Kami meminta Bupati Intan Jaya dan Penjabat Gubernur Papua Tengah agar dapat memfasilitasi tokoh masyarakat, mahasiswa Intan Jaya untuk bertemu Presiden dan Menteri Investasi di Jakarta, agar kami dapat menyampaikan aspirasi ini,” katanya. (*)
Discussion about this post