Timika, Jubi – Penjabat Bupati Intan Jaya, Apolos Bagau mempertemukan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah atau Forkopimda Kabupaten Intan Jaya dengan masyarakat dan para tokoh agama di Sugapa, Ibu Kota Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah, Sabtu (27/1/2024). Dalam pertemuan itu, masyarakat dan tokoh agama menegaskan penolakan mereka terhadap penambangan Blok Wabu dan pembangunan patung Yesus di Intan Jaya.
Pertemuan itu digelar di Kantor Bupati Intan Jaya di Sugapa untuk menyatukan pendapat mengenai sejumlah konflik bersenjata yang selama ini terjadi. Penjabat Bupati Intan Jaya, Apolos Bagau mengatakan pemerintah bersama Forkopimda Intan Jaya telah menggelar rapat di Nabire pada pekan lalu.
“Pada pertemuan di Nabire itu, pemerintah daerah bersama Forkopimda menyatakan menghentikan pembangunan patung Yesus dan tolak eksploitasi Blok Wabu. Hari ini digelar pertemuan dengan masyarakat [untuk] mendegar langsung aspirasi dan memperkuat pernyataan yang telah pemerintah keluarkan minggu lalu,” kata Apolos Bagau dalam siaran pers Humas Pemerintah Kabupaten Intan Jaya pada Sabtu.
Penjabat Bupati Intan Jaya berharap daerah yang dipimpinnya itu dapat kembali pulih, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat dijalankan, dan masyarakat bisa kembali melakukan aktivitas. Ia juga mengajak semua pihak menyiapkan diri untuk menyukseskan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Sekretaris Daerah Kabupaten Intan Jaya, Asir Mirip berharap agar situasi keamanan di Intan Jaya dapat berangsur pulih, agar semua pihak siap menyukseskan pemilu. “Kita semua harus siap untuk sukseskan Pemilu 2024. Karena H-7 nanti Komisi Pemilihan Umum akan mendistribusi logistik pemilu ke setiap distrik di Kabupaten Intan Jaya, ” katanya.
Ketua DPR Kabupaten Intan Jaya, Panius Wonda mengatakan dirinya mendukung penuh upaya yang dilalukan agar kehidupan masyarakat Intan Jaya kembali aman dan damai. “Beberapa waktu lalu kami sudah pertemuan dan umumkan di Nabire. Hari ini juga. Saya mendukung, jadi saya ikut tanda tangan pernyataan sikap ini,” kata Wonda.
Wakil Komandan Batalyon Infanteri Para Raider 330/Tri Dharma, Riska Imron Rosadi sebagai pihak yang menginisiasi pembangunan patung Yesus di Bilogai mengaku tidak ada maksud lain dari rencana pembangunan tersebut. Akan tetapi, karena pembangunan patung Yesus itu malah menimbulkan pro-kontra dan menyebabkan terjadinya korban di pihak aparat keamanan maupun masyarakat, Batalyon Infanteri Para Raider 330/Tri Dharma memutuskan tidak melanjutkan proyek tersebut.
“Kami memutuskan untuk tidak melanjutkan pembangunan patung Yesus di daerah ini, dan menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah agar daerah ini aman dan damai,” ujar Riska Imron Rosadi.
Tokoh masyarakat dari Yokatapa, Norbertus Sondegau mengaku jika konflik yang terjadi memang dimulai adanya isu Blok Wabu sejak 2019. Situasi itu semakin meruncing karena rencana membangun patung Yesus.
“Masyarakat tidak bisa hidup dengan tenang dan aman. Kami hidup menderita karena konflik bersenjata antara TNI/Polri dengan TPNPB, karena Blok Wabu dan patung Tuhan Yesus. Kami masyarakat mengucapkan terima kasih karena pemerintah sudah hentikan pembangunan patung dan membuat sikap menolak eksploitasi Blok wabu,” ujar Sondegau.
Rafael Hagisimijau tokoh masyarakat dari kampung Titigi mengatakan kehidupan masyarakat Intan Jaya kacau dan tidak aman karena Blok Wabu, dan kesulitan itu semakin bertambah dengan pembangunan patung Yesus. Itulay yang membuat dia bersama tujuh suku lain menolak pembangunan Patung Yesus di Bilogai.
“Atas nama masyarakat 7 suku yang ada di Intan Jaya, saya tolak Blok Wabu dan pembangunan patung. Karena kedua isu itu membuat kehidupan masyarakat di Intan Jaya tidak aman. Jadi, kami minta agar pemerintah segera pulangkan patung itu,” ujar Hagisimijau.
Ia menambahkan jika masyarakat tetap mendukung program pembangunan pemerintah. “Kami mendukung apa yang sedang dilakukan oleh pemerintah. Kami minta supaya pembangunan jalan terus, supaya Intan Jaya sama dengan daerah lain, tetapi tetap harus utamakan keamanan dan keselamatan masyarakat,” ujarnya.
Kepala Kampung Wandoga menyatakan masyarakat dari kampung Bilogai, Kumbalagupa, Wandoga, Yokatapa dan Namba selalu jadi sasaran ketika konflik terjadi. “Saya amati, masyarakat yang ada selalu jadi korban. Untuk itu kami minta pemerintah dan aparat agar bisa pulihkan daerah ini, supaya pembangunan jalan, kedamaian tercipta dan masyarakat juga hidup aman,” ujarnya.
Tokoh Pemuda Sugapa, Agustianus Sondegau mengatakan dirinya meminta kepada Penjabat Bupati Intan Jaya memastikan Aparatur Sipil Negera (ASN) segera naik dan kembali ke tempat tugas masing-masing. Pasalnya, kehadiran ASN di tempat tugas penting, karena dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga memicu pertumbuhan ekonomi.
“Kalau para pegawai ada di tempat tugas, ibu kota kabupaten ini bisa ramai. Dan juga perputaran ekonomi bisa berjalan baik. Untuk itu kami minta bapak Bupati supaya pegawai-pegawai yang ada di luar Intan Jaya kembali ke tempat tugas,” katanya.
Pastor Dekan Dekenat Moni Puncak dan Pastor Paroki Bilogai, Pastor Yance Yogi Pr menyatakan pihaknya turut menyatakan menolak pembangunan patung Tuhan Yesus dan menolak eksploitasi Blok Wabu.
“Pimpinan gereja Katolik Moni-Puncak menolak pembangunan patung Tuhan Yesus, meski itu simbol yang hanya dipercaya oleh agama Katolik. Demi kenyamanan dan kedamaian alam dan manusia di tanah ini, atas seizin Keuskupan Timika, saya menyatakan tolak,” ujar Pastor Yogi.
Perwakilan GKII Klasis Sugapa, Pendeta Henok Tipagau juga menyatakan GKII turut menolak pembangunan patung Tuhan Yesus di Bilogai.
Pertemuan di Kantor Bupati Intan Jaya itu antara lain menyepakati lima poin penting. Poin itu antara lain Pemerintah Kabupaten Intan Jaya bersama-sama dengan masyarakat menolak eksploitasi tambang emas Blok Wabu oleh siapapun, menghentikan pembangunan patung Tuhan Yesus di Kampung Bilogai, mendesak Pemerintah Provinsi Papua Tengah tidak menetapkan Blok Wabu sebagai kawasan pertambangan. Poin penting lainnya adalah mendesak TNI/Polri maupun Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) untuk tidak saling menyerang/kontak tembak di wilayah Kabupaten Intan Jaya. Selain itu, para pejabat dan masyarakat sama-sama bersepakat meminta semua pihak agar mendukung pelaksanaan Pemilu 2024 agar tertib, aman, damai, jujur, dan adil. (*)
Discussion about this post