Jayapura, jubi – Umat gereja Katolik Santa Elisabeth Stasi Yegeiyepa, Paroki Apogomakida Keuskupan Timika berupaya kembangkan budidaya tanaman Anggrek, dengan memanfaatkan areal gereja seluas 100 x 200 meter persegi.
Gemianus Kegou, pengelola utama budidaya anggrek katakan,pihaknya merawat anggrek kuning yang dikenal sebagai bahan rajut Noken, tas tradisional khas Papua.
“Kami terus rawat agar batang Anggrek . Setiap dua minggu sekali terus taroh pupuk dari daun kering, lumut gunung dan kayu lapuk. Sampai saat ini tetap subur, ” kata Gemianus kepada wartawan Jubi, Selasa, (13/09/2023)
Budidaya anggrek itu sudah dimulai sejak 2017. Merupakan hasil rapat pengurus gereja.
Pertimbangannya, karena melihat banyak perajut noken anggrek susah cari bahan (anggrek). Anggrek budidaya itu diperjual belikan.
“Di distrik Piyaiye kabupaten Dogiyai banyak perajut noken anggrek, gelang, juga topi. Mereka sulit cari anggrek, ada hanya di hutan. Kalau mau dapat, harus ke hutan dan telusuri lebih dari tiga atau empat kilo meter.”
Sampai tahun ini, pembeli semakin bertambah. Katanya, yang datang bukan hanya masyarakat Piyaiye, tapi ada juga dari daerah Menou kabupaten Nabire.
“Tidak seperti sebelum tahun 2021. Hingga saat ini pembeli ramai. Pendapatan setiap tahun biasa hasilkan tiga hingga empat juta. Hasilnya untuk modal gereja.” kata Magai.
Seikat anggrek ukuran genggaman tangan, dihargai Rp20 ribu. Dalam satu minggu panen satu kali. Rajutan tas Noken dari serat anggrek, dikenal memiliki nikai ekonomis tinggi. Satu noken berukuran kecil dijual 500 ribu rupiah. Sedangkan yang ebsar 3 juta rupiah.(CR-12)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!