Nabire, Jubi – Direktur Lembaga Bantuan Hukum Talenta Keadilan Papua atau LBH-TKP Richardanny Nawipa menyatakan ada dua warga sipil lain yang juga meninggal karena ditembak polisi di Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah, pada 13 Juli 2023. Nawipa meminta Kepolisian Daerah Papua dan Kepolisian Resor Dogiyai menyelidiki penembakan yang menewaskan tiga warga sipil di Kabupaten Dogiyai itu.
Hal itu dinyatakan Richardanny Nawipa di Nabire, Selasa (18/7/2023), menyikapi kasus penembakan yang menewaskan seorang warga sipil bernama Yosua Keiya (20) di Kampung Idakebo, Distrik Kamu Utara, Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah, pada 13 Juli 2023. Menurutnya, penembakan Yosua Keiya itu diikuti penembakan lain yang terjadi di Moanemani pada 13 Juli 2023 malam, dan menyebabkan Yakobus Pekey (20) dan Stepanus Pigome (19) meninggal dunia.
“Penembakan yang terjadi [di Kampung Idakebo] pada 13 Juli 2023 siang mengakibatkan Yosua Keiya meninggal dunia karena luka tembak di bagian bahu kanan dan tembus ke tubuh bagian depan. Sementara Yakobus Pekey dan Stepanus Pigome ditembak di Moanemani pada 13 Juli 2023 malam,” kata Nawipa.
Ricahardanny Nawipa menduga ada pelanggaran aturan dan penyalahgunaan senjata api oleh polisi dalam kasus penembakan yang menewaskan Yosua Keiya, Yakobus Pekey, dan Stepanus Pigome. Nawipa mempertanyakan mengapa polisi justru menembak para korban, tanpa terlihat berupaya menangkap para korban jika mereka dinilai melakukan pelanggaran hukum.
“Tindakan polisi telah melanggar aturan hukum. Polisi juga melakukan penyalahgunaan senjata api untuk mengamankan sekelompok pemuda di Kampung Idakebo pada 13 Juli 2023. Kalau pemuda itu bersalah, tentunya aparat menangkap mereka dan bertanya mengapa mereka melakukan seperti itu,” kata Nawipa.
Nawipa meminta Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua maupun jajaran Kepolisian Resor Dogiyai menyelidiki kasus penembakan yang menyebabkan Yosua Keiya, Yakobus Pekey, dan Stepanus Pigome meninggal dunia. “Kapolda Papua, Polres Dogiyai harus mengambil sikap melihat hal itu, karena kami lihat masyarakat sudah tidak nyaman, masyarakat resah,” katanya.
Data Jaringan Advokasi HAM
Kasus penembakan yang menewaskan Yosua Keiya, Yakobus Pekey, dan Stepanus Pigome juga dikonfirmasi oleh Jaringan Advokasi Hak Asasi Manusia (HAM). Aktivis Jaringan Advokasi HAM yang juga tokoh Pemuda Katolik di Kabupaten Dogiyai Benny Goo menyatakan pihaknya juga mencatat sedikitnya ada empat orang warga yang terluka karena terkena tembakan aparat keamanan pada 13 Juli 2023.
Menurut Goo, Yosua Keiya meninggal dunia karena luka tembak di bagian bahu kanan dan tembus ke tubuh bagian depan. Keiya terkena tembakan di Kampung Idakebo pada Kamis 13 Juli 2023, sekitar pukul 11.25 WP.
“Dalam rangkaian peristiwa di Kampung Idakebo pada 13 Juli 2023 siang, ada seorang korban lainnya, yaitu Pini Tebai. Pini Tebai terkena tembakan di Idakebo pada Kamis 13 Juli 2023 sekitar pukul 11.30 WP, dengan luka tembak di bagian paha. Waktu penembakan Pini Tebai hampir bersamaan waktu penembakan Yosua Keiya,” kata Goo melalui layanan pesan WhatsAap pada Selasa.
Pada 13 Juli 2023 malam, terjadi insiden penembakan berbeda di Moanemani, Ibu Kota Kabupaten Dogiyai. “Pada malam hari itu ada dua orang korban meninggal, yaitu Yakobus Pekei dan Stepanus Pigome (19). Keduanya ditembak di Moanemani sekitar pukul 20.16 WP,” kata Goo.
Rangkaian peristiwa kekerasan yang terjadi di Moanemani pada Kamis 13 Juli 2023 malam juga menyebabkan sedikitnya 4 warga sipil terluka karena tembakan. “Sejumlah 4 warga yang telah terdata adalah Elipin Tagi (20), Elipin Tagi (20), Sisko Goo (19), dan Amos Pigai (19),” kata Goo.
Goo menyatakan pihaknya juga mencatat kasus penangkapan warga sipil yang terjadi di Moanemani. Kedua warga sipil yang ditangkap polisi itu adalah Daud Yobbe (23) dan Fradi Yobe (17). “Keduanya sudah dilepas lagi,” kaa Goo.
Jubi telah berupaya meminta tanggapan Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo terkait informasi tentang adanya dua warga sipil lain yang meninggal karena tertembak dalam rangkaian peristiwa pada 13 Juli 2023 itu, berikut sejumlah korban lain yang terluka. Melalui layanan pesan WhatsApp pada Selasa malam, Benny menyatakan pihaknya akan mengonfirmasikan terlebih dahulu infromasi tersebut.
Berdasarkan catatan Jubi yang dihimpun dari jajaran Kepolisian Daerah Papua, pada 13 Juli 2023 juga terjadi sejumlah penyerangan yang dilakukan orang tidak dikenal kepada warga sipil di Dogiyai. Seorang sopir lintas bernama Fatur Rahman tidak bisa melanjutkan perjalanan karena jalanan dipalang, dan kaca mobilnya pecah. Sopir lintas bernama Ibrahim dibacok di pertigaan Kantor Pos Kampung Ekimanida, Distrik Kamu, Dogiyai. Menurut Sarraju, pembacokan itu dilakukan oleh lima orang warga.
Tuntutan keluarga
Nonble Pekey selalu kerabat dari Yakobus Pekey yang meninggal karena ditembak menyatakan keluarga korban meuuntut agar kasus penembakan terhadap Yakobus Pekey dan dua korban lainnya segera diungkap. “Mereka [yang] ditembak mati bukan Binatang, tapi manusia. Keluarga nyatakan sikap dengan tegas, pelaku penembak harus diungkap tegas dan dipecat dari status dan jabatan,” kata Nonble Pekey.
Pekey juga meminta agar Pasukan Khusus TNI AU yang ditempatkan di Dogiyai ditarik keluar. “Kami juga meminta agar pemerintah segera mencabut keberadaan Brimob. Kami meminta Kapolres Dogiyai segera dipecat dari jabatannya,” kata Nonble Pekey.
Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Dogyai Agus Tebay mengatakan peristiwa penembakan dan pembakaran sering terjadi di Kabupaten Dogiyai. Tebay mengatakan berbagai kasus pembakan kios, rumah milik warga non-Papua maupun rumah Orang Asli Papua selama ini belum pernah diungkap.
“Seharusnya polisi tangkap dan ungkap motif para pelaku. Karena belum ada penangkapan pelaku, yang ada hanya saling tuduh menuduh antara warga dan pihak TNI/Polri,” katanya.
Tebay juga meminta aparat keamanan yang melakuan pelanggaran aturan dan penyalahgunaan senjata api harus ditindak dengan tegas. “Kalau polisi dinyatakan salah dan melanggar Standar Operasional dan Prosedur atau SOP, [kepolisian] harus terbuka kepada publik, pelaku harus dicopot ,” katanya.
Tebay juga meminta pemerintah berhenti mengirimkan pasukan aparat keamanan yang berlebihan ke Kabupaten Dogiyai. Menurutnya, pengiriman pasukan dalam jumlah yang berlebihan itu tidak menyelesaikan masalah apapun, dan justru menimbulkan berbagai masalah baru. “Kami meminta aparat kemanan dan pemerintah melakukan pendekatan secara persuasive dan humanis, juga secara adat,” kata Tebay. (*)
Wartawan Jubi, Alexander Loen turun berkontribusi dalam penulisan berita ini.