Oksibil, Jubi – Sejumlah fasilitas di Sekolah Dasar atau SD Inpres Arina dan SD Inpres Omban di Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan tidak lengkap dan rusak. Akibatnya sebagian siswa harus belajar sambil melantai dan menggunakan tempat ibadah.
Kepala SD Inpres Omban, Enos Dipur (45) mengatakan SD Inpres Omban belum memiliki kantor, toilet, perpustakaan maupun perumahan guru. Fasilitas lainnya seperti kursi, meja juga tidak lengkap serta lantai, dinding, hingga atap telah rusak telah rusak dan tidak memiliki pintu.
“Itu semua tidak ada,” kata Dipur kepada Jubi di Kampung Omban, pada Rabu (27/9/2023).
Dipur mengatakan SD Inpres Omban memiliki dua gedung, dan masing-masing gedung memiliki tiga ruang kelas. Sekolah itu memiliki 200 siswa dan dibantu lima tenaga pengajar.
“Satu tenaga Pegawai Negeri Sipil, dua tenaga kontrak, dan dua tenaga honor,” ujarnya.
Dipur mengatakan salah satu gedung telah direhabilitasi pada 2019 memakai bantuan dana dari Dinas Pendidikan Pegunungan Bintang sebesar Rp300 juta. Dipur mengatakan dana itu hanya cukup untuk merehabilitasi satu gedung, sehingga satu gedung lainnya tidak direhabilitasi.
“Gedung lama terakhir direhabiltasi pada 2016. Gedung yang lama sudah lapuk, papan rusak, dan sebagian seng sudah bocor. Meja bangku hanya [di gedung baru] yang lengkap, sementara sebagian [meja dan kursi] di gedung lama sudah rusak,” katanya.
Kepala SD Inpres Arina, Eran Kulka (41) mengatakan sekolahnya hanya memiliki empat kelas saja yang dibangun pada 2019 oleh Pemerintah Pusat. Kulka mengatakan SD Inpres Arina memiliki 146 siswa dan diajar oleh lima tenaga guru.
“Sekolah hanya ada empat kelas yang dibangun dari tahun 2019. Mereka hanya bangun kelas satu sampai kelas empat. Jadi dua kelas yang belum bangun. [SD ini] mulai beroperasi [dan mengadakan kegiatan belajar mengajar] 2020,” ujar Kulka kepada Jubi di Kampung Omban, pada Rabu (27/9/2023).
Kulka mengatakan SD Inpres Arina membutuhkan tambahan dua kelas lagi. Ia mengatakan selama ini rombongan belajar kelas 5 dan 6 memakai ruangan perpustakaan dan Gedung GIDI Jemaat Sion Klasis Borem untuk kegiatan belajar mengajar (KBM).
“Yang lain kantor, perpustakaan, toilet, dan rumah kepala sekolah sudah ada. [Kami hanya] butuh bangun dua [ruang kelas] lagi untuk [rombongan belajar] kelas 5 dan 6. [Selama ini kedua rombongan belajar itu belajar] di ruang perpustakaan dan gedung gereja,” ujarnya.
Kulka berharap Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang memperhatikan kondisi pendidikan di SD Inpres Arina. Kulka meminta agar pemerintah membangun tambahan kelas dan memperbaiki fasilitas gedung sekolah telah rusak.
“Kami masukan profil sekolah ke Dinas Pendidikan tiap tahun, tapi belum ada bantuan. Kami juga sudah kirim [informasi tentang kondisi sekolah kami] ke pusat melalui dataprodik dinas, [kami sudah] minta bantuan tapi belum ada tanggapan,” katanya.
Lulusan SD Inpres Arina, Udin Payumka (19) mengatakan sekolahnya memang hanya memiliki empat kelas saja. Ia mengaku rombongan belajar kelas 5 dan 6 memakai perpustakaan dan Gereja GIDI Jemaat Sion Arina Klasis Borme sebagai tempat belajar. “Benar kami pakai tempat ibadah [dan perpustakaan] untuk belajar,” ujarnya.
Payumka lulus dari SD Inpres Arina pada 2022. Ia sekarang melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 4 Borme, Distrik Borme, Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.
Aksesibilitas terbatas
Kampung Omban dan Arina hanya dapat diakses memakai pesawat kecil jenis pilatus maupun caravan, dengan waktu tempuh satu jam dari Sentani, Ibu Kota Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Waktu tempuh dari Oksibil, Ibu Kota Kabupaten Pegunungan Bintang, menuju kedua kampung berkisar 30 menit.
Kepala Distrik Borme, Eria Wisal S Pd mengakui bahwa fasilitas SD di Distrik Borme memang tidak lengkap dan sudah rusak. Wisal mengatakan ada tujuh SD di Distrik Borme, diantaranya SD Negeri Borme, SD Inpres Omban, SD Inpres Bordaban, SD Inpres Kirimu, SD Inpres Arina, SD Inpres Sikipur, dan SD Inpres Onya
“Memang ada sekolah yang fasilitas tidak lengkap dan rusak. [Khusus] SD SD Inpres Sikipur, dan SD Inpres Onya hanya memiliki tiga rombongan belajar, sehingga [siswa] mereka [akan] lanjut ke SD Negeri Borme dan SD Inpres Omban,” kata Wisal saat ditemui di Kampung Omban, pada Rabu.
Wisal mengatakan pihaknya tidak memiliki anggaran untuk membenahi fasilitas sekolah yang rusak dan tidak lengkap tersebut. Wisal mengatakan akan melaporkan masalah itu ke Dinas Pendidikan Kabupaten Pegunungan Bintang.
“Kita akan sampaikan kepada pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan [untuk] menyurati Bupati agar memberikan bantuan rehabilitasi dan melengkapi fasilitas sekolah,” ujarnya. (*)