Oksibil, Jubi – Alkitab berbahasa Ketengban, bahasa daerah di Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan, secara resmi diluncurkan kepada jemaat Suku Ketengban Klasis Gereja Injili di Indonesia atau GIDI Borme. Peluncuran itu dilakukan di Kampung Omban, Distrik Borme, Kabupaten Pegunungan Bintang, pada Rabu (27/9/2023).
Acara peresmian Alkitab berbahasa Ketengban itu disambut dengan ibadah syukur dan dihadirkan ratusan jemaat Suku Ketengban Klasis GIDI yang tersebar di 14 distrik di Kabupaten Pegunungan Bintang dengan ibadah Syukur. Para jemaat itu dari Klasis GIDI Borme, Klasis GIDI Okbab, Klasis GIDI Kirime, Klasis GIDI Bikata, Klasis GIDI Eipa dan Calon Klasis GIDI Soufker.
Sejak pukul 08.00 pagi di Kampung Omban, ratusan jemaat menyambut acara peluncuran dengan berbusana adat dan tarian adat. Sejumlah jemaat tak kuasa menahan haru, dan menangis.
Usai ibadah Syukur, tepat pukul 13.12 WP, Alkitab berbahasa Ketengban itu resmi diluncurkan Konsultan Bahasa Andrew Sims. “Hasilnya akhirnya sudah ada di depan kami dan disaksikan di saat siang ini. Dan akan di bagi ke enam klasis yang ada sebagai simbol untuk hari ini. Selanjutnya kami kirim ke klasis masing-masing untuk dibagikan dan bisa membaca Alkitab ini untuk mempersiapkan diri ke Surga,” kata Andrew kepada masyarakat Ketengban.
Jemaat pun sangat bersyukur atas peluncuran Alkitab berbahasa Ketengban. Salah satu jemaat, Nepinus Bamo merasa bahagia karena kini bisa memahami Alkitab. “Saya bahagia dan sangat bermakna sekali. Bermakna artinya dengan bahasa sendiri kita bisa tahu segala sesuatu dan mengerti,” kata salah satu jemaat, Nepinus Bamo.
Bagi Bamo dan jemaat Suku Ketengban lainnya kehadiran penginjil sangat membawa dampak terhadap kehidupan mereka. Konon masyarakat Ketengban hidup secara liar dan kanibal, tetapi setelah injil masuk mereka mulai mengenal Tuhan dan meninggalkan kehidupan liar mereka.
“Firman Tuhan itu sangat penting bagi masyarakat Ketengban. Dari Firman yang dibawah penginjil manusia Ketengban yang hidup liar menjadi manusia. Kami benar-benar merasakan Firman Tuhan dan kami memiliki keyakinan bisa masuk surga,” ujarnya.
Jemaat lainnya, Piterius Urwan mengucapkan terima kasih banyak kepada konsultan dan tim penerjemah, Yasaan Wiklif, maskapai Yayasan Jasa Aviasi Indonesia (Yajasi), dan Badan Pengurus Pusat GIDI Papua. Urwan mengatakan berkat dukung mereka semua Alkitab berbahasa Ketengban dapat selesai dan sudah bisa dipergunakan jemaat Suku Ketengban GIDI.
“Mewakili masyarakat Suku Ketengban saya mengucapkan terima kasih banyak,” katanya.
Dimulai 1984
Proses penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Ketengban melibatkan sebelas orang. Mereka adalah Pdt Libius Urwan, Yulius Uropka, Yakobus Urwan, Marius Uropka, Elias Basini, Aprius Lepitalen, Pdt Andi Dipur, Amos Kulka, Herman Kulka, Enos Dipur dan Damotius Kulka. Selama penerjemahan tim dibantu oleh konsultan bahasa dari Kanada, Andrew Sims.
Koordinator tim penerjemah, Andi Dipur mengatakan proses penerjemahan membutuhkan waktu lama karena tenaga penerjemah dengan pendidikan teologi yang tidak memadai, selama penerjemahan lima tenaga penerjemah meninggal dunia serta kendala biaya. Penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Ketengban dimulai pada 1984 secara bertahap yakni Perjanjian Baru lebih dahulu dikerjakan mulai 1984, dan Perjanjian Lama dikerjakan mulai 2006 hingga 2021.
“Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dikerjakan lima puluh persen [atau bertahap] karena biaya yang tidak cukup,” kata Dipur kepada Jubi, di Kampung Omban, Distrik Borme, Pegunungan Bintang, pada Rabu (27/9/2023).
Dipur mengatakan penerjemahan Alkitab berbahasa Ketengban bertujuan agar jemaat Ketengban dapat membaca dan mengerti Firman Tuhan dalam bahasanya. Penerjemahan ini juga melestarikan bahasa Ketengban agar tidak punah.
“Agar bahasa suku Ketengban tidak punah,” ujarnya.
Dipur mengatakan saat ini Alkitab berbahasa Ketengban yang baru dicetak sekitar 4.000 Alkitab. Dipur berharap Pemerintah Kabupaten Pegunungan Bintang dapat memberikan dukungan biaya sehingga Alkitab bahasa Ketengban dapat dicetak lebih banyak dan semua jemaat Suku Ketengban bisa memilikinya.
Menelan biaya Rp5 miliar
Ketua Panitia Peluncuran Alkitab bahasa Ketengban, Zeth Dipur STh mengatakan dari proses percetakan hingga pendistribusian menelan biaya Rp5 miliar. Zeth mengatakan Alkitab bahasa Ketengban dicetak sebanyak empat ribu di Jakarta.
Zeth mengatakan Alkitab berbahasa Ketengban ini akan didistribusikan bagi sekitar 26.266 jiwa jemaat GIDI yang tersebar di enam klasis dan satu calon klasis yang ada di 14 distrik. Zeth mengatakan penyelesaian Alkitab merupakan buah injil dari pelayanan penginjil bagi masyarakat Suku Ketengban.
“Mau tidak mau kita harus mengucap syukur. Ini suatu momen yang besar bagi Suku Ketengban. Kami bersyukur Alkitab bahasa Ketengban sudah seratus persen,” ujarnya.
Konsultan Bahasa, Andrew Sims mengajak masyarakat Suku Ketengban untuk membaca Alkitab. Andrea meyakini melalui Alkitab semua orang bisa diselamatkan oleh Yesus Kristus untuk hidup selamanya.
“Jadi ini Alkitab bukan bahasa biasa. Ini Isi Firman Tuhan dalam Alkitab ini.Di dalam Alkitab ini ada keselamatan jadi gunakan dengan baik,” ujarnya.
Andrew mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan masyarakat Suku Ketengban dan Badan Pengurus Pusat GIDI Papua. Ia mengatakan berkat dukungan masyarakat dan BPP GIDI mereka dapat menyelesaikan Alkitab bahasa Ketengban.
“Jadi terima kasih banyak. Oleh kebaikan hati mereka dan punya tujuan yang sama kita bersama membawa Firman Tuhan. Terima kasih kepada banyak atas bantuan GIDI,” katanya. (*)