Jayapura, Jubi – Pakaian bekas impor masih digandrungi sejumlah warga di Kota Jayapura. Selain berharga murah, kualitas barangnya dinilai tidak kalah dengan pakaian baru yang lebih mahal.
Peluang yang cukup menjanjikan itu pun membuat Irna mengalihkan bisnisnya. Dia beralih dari berjualan pakaian baru ke pakaian bekas sejak tiga tahun lalu.
“Pembelinya ramai saat menjelang Natal. Mereka rata-rata membeli dress [gaun],” kata Irna, 39 tahun, Sabtu (14/10/2023).
Irna berdagang di Pasar Sentral Hamadi, Kota Jayapura. Dia menjual beragam jenis pakaian bekas impor, seperti kaos, kemeja, celana, dan gaun.
Pakaian bekas impor di Kota Jayapura dikenal dengan istilah cakar bongkar atau cakbor. Bisnis itu juga ditekuni Hasrianti, 28 tahun.
Hasrianti pun membuka kios cakbor di Pasar Sentral Hamadi. Pembeli biasa ramai mendatangi kiosnya saat ada stok baru atau bongkar bal.
“Ramainya pas bongkar [bal] baru. Baju anak-anak yang paling laku. [Harga] per pieces [sebuahnya], Rp10 ribu hingga Rp35 ribu,” kata Hasrianti.
Warga membeli cakbor karena harganya lebih murah daripada di toko pakaian baru. Kondisi barangnya pun masih bagus.
“Saya biasa membeli cakbor saat libur dan [menjelang] Natal. Harganya lebih murah dan pakaiannya juga bagus,” kata Hana Kondi, 18 tahun, warga Jalan Yoka.
Alasan serupa diutarakan Elis Rumansen, 24 tahun, warga Jalan Koti. Dia juga biasa berbelanja cakbor di Pasar Sentral Hamadi.
“[Barangnya] bagus. Di toko [pakaian baru] kadang [harga barangnya] mahal, tetapi kualitasnya tidak terlalu bagus,” ujar Rumansen. (*)