Jayapura, Jubi – Putra Suku Dani, Nedison Morib sengaja memakai koteka dan membawa panah ke gereja saat memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-67 Pekabaran Injil Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua (PI PGBP) di Tanah Papua di Gereja Baptis Mula-Mula, Jalan Santa Rosa, Argapura, Kota Jayapura pada Sabtu (28/10/2023).
Nedison Morib mengatakan sengaja datang pada acara HUT PI PGBP untuk mengenang begitulah gaya hidup orang tuanya Suku Dani sebelum mengenal kebenaran atau Injil. “Kenapa kami memakai koteka, pegang panah, bahkan kami tidak memakai baju, hari ini kami mengambarkan bahwa saat itu gaya hidup orang tua kami seperti begini,” ujarnya.
Begitulah, kata Morib, gaya hidup orang tuanya sebelum mengenal Injil di Tiom yang saat ini dikenal sebagai Kabupaten Lanny Jaya, Provinsi Papua Pegunungan. “Tiap hari kami bisa memakai baju yang bagus, celana yang bagus, dari daerah lain kami bisa jalan ke daerah lain, bahkan saat ini kami dari Tiom bisa ada di Kota Jayapura, hal itu terjadi semua karena Injil,” katanya.
Ia mengatakan bersyukur kepada Tuhan dan orang tua yang menerima Injil. Ia juga bersyukur kepada Misi ABMS atau Australian Baptist Missionary Society pada 1956 membawa kabar baik atau Injil di Tanah Papua, yaitu Kabupaten Lanny Jaya.
Nedison Morib yang merupakan mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi atau STT Baptis Papua Kota Jayapura itu tidak sendirian berkostum adat Suku Dani, tetapi berdua dengan Rois Yigibalom. Namun Yigibalom tidak berkoteka, melainkan mengenakan celana pendek berwarna hitam.
Ketua PGBP Ronny Wanimbo STh menceritakan awal mula berdirinya PGBI yang kini berusia 67 tahun. Dewan Pengurus ABMS (Australian Baptist Missionary Society) mengadakan rapat pada Agustus 1955 dan memutuskan mengirim utusan misi ke Tanah Papua. Tim ABMS yang dipimpin Pendeta Norman Draper bertolak dari Papua New Guinea pada 1955 dan tiba di Pos 7 Sentani.
Rombongan sempat Natalan di Pos 7 Sentani dan berada di sana sampai Januari 1956. Kemudian rombongan berputar lewat Mamberamo Tengah untuk melanjutkan perjalanan yang disebut Ekspedisi Danau Almot. Perjalanan yang mereka tempuh berliku-liku.
“Ada satu sungai yang begitu deras, namanya Sungai Bogo di Bokondini, saat itu mereka membuat lapangan terbang bekerja sama dengan CAMA, sesudah itu pada 7 Mei 1956 pesawat ABMS mendarat dan menggunakan pesawat itu untuksurvei ke Baliem Utara, yaitu di Tiom,” kata Wanimbo.
Setelah melakukan survei dengan pesawat mereka melanjutkan perjalanan pada 8 Mei 1956 dengan berjalan kaki melewati sungai dan gunung. Kemudian mereka tiba di salah satu kampung bernama Poga di Kabupaten Lanny Jaya sekarang. Mereka bermalam di sana dan pada 10 Mei bermalan di Kampung Pirambor dan esoknya, 11 Mei 1956 sampai di Piramid.
Mereka kemudian kembali melanjutkan perjalanan ke Bokondini. Lalu dari Bokondini kembali lagi ke Kampung Piramid. Mereka tinggal di Piramid selama tiga bulan, lalu pada 25 Oktober 1956 melanjutkan perjalan ke Balim Utara. Tapi di Gunung Beam mereka menghadapi hujan deras sehingga terpaksa bermalam di sana dan esok paginya melanjutkan perjalanan ke Magi.
Di Magi mereka bermalam di Kampung Kulugulu dan diterima seorang bapak bernama Pindegup Kogoya. Esok paginya mereka melanjutkan perjalan ke Pirime dan bermalam di Kampung Umbanume. Di Umbanume mereka diterima Kepala Suku Wunim Wanimbo.
Lalu esoknya, 28 Oktober 1956 mereka melanjutkan perjalanan dan tiba di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya. Mereka diterima kepala suku di Kampung Gurik Paga bernama Pigirik Yoman. Pada 29 Oktober 1956 mereka kembali ke Kampung Piramid untuk mengambil barang-barang yang mereka tinggalkan untuk dibawa ke Tiom.
“Setelah kembali tiba di Tiom, Kabupaten Lanny Jaya, mereka membuka satu lapangan terbang yang saat ini masih ada, itu kurang lebih 14 hari mereka kerjakan dan selanjutnya mereka melakukan pelayanan terus,” kata Wanimbo.
Ronny Wanimbo mengatakan secara terperinci sejarah perjalanan Injil PGBP tentu sangat banyak, namum demikian secara garis besarnya. Tanggal kedatangan ABMS di Tiom pada 28 Oktober 1956 atau 67 tahun lalu itu setiap tahun diperingati orang-orang Baptis di manapun mereka berada, seperti diperingati Gereja Baptis di Kota Jayapura. (*)