Jayapura, Jubi – Koordinator Lapangan dari Sekertariat Bersama Petisi Rakyat Papua atau PRP Wilayah Makassar, Boas Bayage menyatakan demonstran Petisi Rakyat Papua di Makassar pada Selasa (10/5/2022) diserang massa salah satu organisasi kemasyarakatan. Serangan itu membuat sejumlah demonstran terluka.
Pada Selasa, mahasiswa dan aktivis Papua di Makassar akan melakukan demonstrasi untuk menolak Otonomi Khusus (Otsus) dan pemekaran Papua. Demonstrasi itu dimobilisasi Petisi Rakyat Papua yang menuntut adanya referendum sebagai solusi demokratis persoalan Papua.
Para mahasiswa dan aktivis Papua di Makassar berkumpul di Asrama Papua yang terletak di Jalan Lanto Daeng Passewang. Pada pukul 10.40 WITA, mereka keluar dari asrama dan membuka spanduk penolakan terhadap Otsus Papua dan pembentukan Daerah Otonom Baru di Papua.
Massa Petisi Rakyat Papua itu hendak melakukan longmarch menuju Monumen Mandala di Kota Makassar. Akan tetapi, mereka dihadang dan diserang massa salah satu organisasi kemasyarakat di Makassar.
“Massa aksi [kami] dipukul dan ditusuk menggunakan tongkat bendera, ditendang. Sejumlah orang mengalami sedikit pendarahan. Koordinator Lapangan mendapat pukulan di kepala, hingga bengkak. Dua orang terluka di bagian hidung. Seorang lainnya pelipisnya robek dan bengkak, matanya juga bengkak. Seorang lagi pelipis kirinya benjol,” kata Boas Bayage saat dihubungi Jubi pada Selasa.
Bayage menjelaskan pemukulan terhadap demonstran Petisi Rakyat Papua itu terjadi di depan polisi. Akan tetapi, polisi tidak menangkap para pelaku. Bayage menilai polisi kompromistis terhadap para penyerang, dan justru meminta demonstran Petisi Rakyat Papua kembali ke asrama.
“Kami melakukan orasi di depan Asrama Papua. Walaupun kami diprovokasi massa ormas, aksi tetap lanjut. Koordinator Lapangan lalu membacakan pernyataan sikap, setelah itu massa kembali masuk ke asrama,” kata Bayage.
Salah satu demonstran Petisi Rakyat Papua di Makassar, Mark Pahabol mengatakan, pihaknya telah memasukan surat pemberitahuan rencana demonstrasi menolak Otsus dan pemekaran Papua ke Markas Kepolisian Resor Kota Besar Makassar. “Namun demonstran justru sering mendapat telepon dan Whatsapp dari nomor tidak dikenal, diancam agar aksi 10 Mei 2022 tidak dilakukan. Mereka yang meneror mengancam aksi akan dibubarkan dan dipukul mundur,” kata Pahabol. (*)
Discussion about this post