Jayapura, Jubi – “Saya sebagai salah satu dari sekian banyak Orang Asli Papua (OAP) mengharapkan tak boleh lagi wariskan konflik berkelanjutan di Papua. Namun yang jadi pertanyaan bagaimana konflik tidak terwariskan di Tanah Papua. sedangkan Pemerintah Indonesia sendiri mau wariskan konflik dengan pengiriman militer dan TNI-POLRI membunuh OAP, dengan alasan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka bagi saya tidak mungkin konflik tidak diwariskan baik untuk TNI-POLRI dan OAP.”.
Hal itu dinyatakan Rohaniwan Katolik Pastor Izaak Bame, menanggapi pertemuan Persekutuan Gereja-Gereja di Papua dan Papua Barat dengan wakil Presiden Ma’ruf Amin pada Rabu (20/4/2022) di Jakarta.
Bame mengatakan, TNI-POLRI selalu merasa diberi tugas penuh untuk keamanan negara sehingga mereka kerap menerjemahkan untuk membunuh OAP kapan saja.
“Karena sikap demikian semakin membuat OAP melawan baik secara halus maupun kasar,” katanya kepada Jubi melalui pesan WhatsApp baru -baru ini.
Selain konflik atau penembakan, di Papua juga ada masalah pengelolaan sumber daya alam dan penempatan pekerja OAP yang tidak berimbang. Itu juga jadi sumber konflik di Tanah Papua.
“Hasil kekayaan alam di Papua dimonopoli oleh pihak luar Papua (Freeport, Pertamina, LG Tangguh) yang bekerja di perusahaan itu OAP tidak lebih dari 100 orang. Artinya mereka yang direkrut bekerja di perusahaan itu sebagian besar datang dari luar Papua. Siapa yang tidak sakit hati ? sakit hati inilah yang akan membawa konflik dan itu sudah terbukti di beberapa tempat di wilayah,”katanya.
Menurut Pastor Izaak Bame selain konflik SDA dan perekrutan tenaga kerja, hak -hak politik OAP diambil orang bukan Papua.
“Hasil Pemilihan Legislatif 2019 seluruh Propinsi Papua-Papua Barat, anggota DPRDnya 70 persen bukan OAP, termasuk kabupaten- kota, inilah bibit konflik yang terus dipelihara oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia,” katanya.
Bame mengatakan, hak kerja baik ASN-Swasta hampir seluruh Papua-Papua Barat diisi atau ambil alih oleh para penganggur dari luar Papua, bagian ini juga yang jadi salah satu alasan orang asli Papua sekarang menolak pemekaran.“Karena apabila dimekarkan nanti tentunya yang bekerja bukan untuk OAP.” katanya.
Bame menegaskan konflik terjadi bukan antara OAP dengan gereja. Tapi dengan pemerintah. Maka dari itu dia mempertanyakan, sebenarnya Persekutuan Gereja-Gereja bertemu Wakil Presiden atas restu OAP siapa ?
“Persekutuan Gereja-Gereja tugasnya harus bertemu Beny Wenda, mengunjungi Victor Yeimo di tahanan, Buchtar Tabuni, Malvin Yobe cs , Goliath Tabuni Cs. dan Arnold Kocu Cs. jauh lebih penting untuk mendengarkan pendapat- sikap mereka baru bisa ketemu Wakil Presiden. Jangan pimpinan agama lebih dekat Pemerintah dan abaikan aspirasi dan hak hak orang Papua yang saya sebutkan di atas,”katanya.
Bame mengatakan, Persekutuan Gereja-Gereja jangan ulangi sejarah kelam yang pernah dibuat sejumlah tokoh GKI dan Katolik di tanah Papua. Hasilnya sekarang bikin OAP menderita di segala aspek.
“Saya melihat Persekutuan Gereja-Gereja pergi bertemu wakil Presiden bukan karena masalah OAP yang menderita sekarang. tapi lebih sebagai sebuah taktik supaya Pemerintah Indonesia melihat bahwa Persekutuan Gereja-Gereja ini ada dekat dengan OAP yang sedang berseberangan dengan Pemerintah Indonesia, pada hal sesungguhnya tidak,”katanya.
Bame katakan , Wakil Presiden Amin Maruf dan pimpinan Persekutuan Gereja-Gereja Papua Barat seharusnya bisa mengakhiri konflik dengan merelakan Papua merdeka. Tidak ada cara lain.
“Hal itu terbukti ketika BJ .Habibie dengan jiwa nasionalis yang besar merelakan Timtim melakukan referendum akhirnya sekarang Timor Leste damai -Indonesia damai,” katanya.
Saat bertemu Ma’ruf Amin, Ketua Umum PGGP Papua Barat, Pdt Shirley Parinussa juga menjelaskan rencana pendirian Papua Christian Center (PCC).
Rencana itu diputuskan dalam peringatan Hari Perkabaran Injil (HPI). Parinussa menyebut PCC akan menjadi rumah bersama bagi seluruh gereja di Papua untuk berdiskusi serta membuat kajian dan analisis, sekaligus titik temu untuk mensinergikan gereja dan pemerintah.
“Intinya, kami ingin karya perkabaran injil dapat mendatangkan keselamatan dan kesejahteraan bagi semua orang di Papua,” kata Parinussa.
Rollo dan Parinussa juga menyerahkan dokumen rekomendasi Konferensi Pimpinan-Pimpinan Gereja Papua yang berlangsung di Kota Jayapura pada 15 – 17 Februari 2022 lalu. Konferensi itu merupakan bagian dari perayaan Hari Perkabaran Injil ke-167 di Tanah Papua. (*)
Discussion about this post