Jayapura, Jubi – Siswa-siswi SMP Negeri 1 Jayapura, Provinsi Papua, sangat antusias mengikuti perayaan Roots Day 2022, setelah melaksanakan program roots (pencegahan dan perlindungan berbasis sekolah).
Roots Day yang berlangsung di halaman SMP Negeri 1 Jayapura, Jumat (20/5/2022), sejak pagi hingga siang semakin meriah dengan adanya berbagai pertunjukan kreasi dan informasi pencegahan perundungan dari para agen perubahan.
“Pencegahan kekerasan juga menjadi salah satu nilai yang didorong dalam upaya penguatan karakter siswa melalui program sekolah penggerak,” ujar Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Jayapura, Purnama Sinaga.
Dikatakan Purnama, perundungan harus dihentikan guna menciptakan proses belajar mengajar menyenangkan dan menciptakan iklim sekolah positif, karena perundungan bukan perilaku terpuji baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat umum.
“Semoga dengan adanya Roots Day ini menjadi budaya baru mencegah perundungan di sekolah sehingga sekolah menjadi ekosistem yang sehat bagi anak-anak untuk mendapatkan pelajaran,” ujar Purnama.
Dikatakan Sinaga, Roots merupakan program nasional yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024 serta Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan kekerasan di satuan pendidikan.
“Program Roots dikembangkan UNICEF Indonesia sejak 2017 dan mulai direplikasi di Papua sejak Oktober 2021. Perundungan atau bullying di sekolah usia 13-15 tahun [hasil survei Global School Health],” ujar Purnama.
Purnama menjelaskan penerapan program Roots di SMP Negeri 1 Jayapura mendapat respons yang baik dari siswa maupun sekolah, yang dibuktikan dengan menurunnya angkaperundungan.
“Memang kami belum ada survei tapi ada perubahan. Sebelum ada agen perubahan tidak semua anak mau melaporkan kejadian-kejadian terkait perundungan, namun ketika ada agen langsung cepat menyampaikan informasi ketika ada kejadian di sekolah,” ujar Purnama.
Dikatakan Purnama sebanyak 40 siswa di SMP Negeri 1 Jayapura (satu kelas satu siswa) dilibatkan sebagai pelopor agen perubahan.
“Kami juga membuat komitmen bersama untuk menolak bentuk kekerasan baik fisik, verbal, dan digital. Rangkul teman, cegah perundungan, bergerak dengan hati, raih prestasi. Perundungan No, persahabatan Yes,” ujar Purnama.
Siswa kelas VII-J SMPN 1 Jayapura, Grace B Ovaria mengaku, bullying adalah perilaku tak terpuji, menyerang korban secara fisik dan psikologis baik sesama teman sekelas, kakak senior kelas, serta guru dan siswa.
“Dampak bully jika dibiarkan akan menyebabkan trauma, depresi, dan bunuh diri. Bully juga tak hanya merugikan korban tapi juga pelaku,” ujar Grace.
Grace berharap terhindar dari perilaku bully yang dilakukan teman-temannya, begitu juga sebaliknya ia tidak melakukan bullying sehingga menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. (*)
Discussion about this post