Jayapura, Jubi – Sebanyak 38 ekor satwa endemik dilepasliarkan di hutan adat Isyo, Kampung Rhepang Muaif, Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura pada 21 Mei 2022. Ini lokasi tempat favorit wisatawan asing melihat burung asli Papua.
Jenis satwa yang dilepasliarkan adalah 1 ekor Mambruk victoria (Goura victoria), 9 ekor Kakatua koki (Cacatua galerita), 4 ekor Kasturi kepala hitam (Lorius lory), 18 ekor Nuri kelam (Pseudeos fuscata), 3 ekor Nuri bayan (Eclectus roratus), dan 3 ekor Jagal papua (Cracticus cassicus).
Puluhan satwa yang dilepasliarkan berasal dari translokasi dari Jawa Timur dan sebagian lagi penyerahan dari masyarakat di Jayapura. Pelepasan satwa endemik Papua ke habitat alaminya merupakan upaya maksimal dalam melestarikan satwa liar milik negara.
โSelama ini masih terdapat satwa liar di habitat luar alamnya, entah karena tindak ilegal atau lainnya. BBKSDA Papua akan terus berupaya sebaik mungkin mengembalikannya ke rumah mereka yang semestinya,โ kata PLT Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Abdul Aziz Bakry kepada wartawan.
Rhepang Muaif menjadi lokasi destinasi wisata pemantauan burung (bird watching) yang dikembangkan Alex Waisimon bersama masyarakat adat setempat. Lokasi pemantauan burung ini berjarak 87 kilometer dari Kota Jayapura yang dapat ditempuh dengan perjalanan darat selama dua jam.
Waisimon memutuskan mengembankan potensi ekowisata pemantuan burung di Kampung Rhepang Muaif setelah perjalanan panjang melihat banyak hal di luar Indonesia serta keprihatinan banyaknya pembalakan liar dan perburuan satwa, terutama burung cenderawasih.
โIni memang tugas kita kembalikan satwa ke rumah mereka, yaitu ke alam,โ kata Waisimon kepada Jubi beberapa waktu lalu.
Destinasi wisata ini berada di area hutan seluas 19 ribu hektare milik masyarakat pemilik hak ulayat dari keluarga Waisimon dan Wouw. Alex bersama masyarakat baru berhasil mengelola 500 hektare dari total 19 ribu hektare sebagai lokasi pemantauan burung.
Waisimon menuturkan Rhepang Muaif menjadi habitat dari 87 jenis burung. Dari jumlah itu burung cenderawasih yang paling menjadi primadona wisatawan untuk dilihat maupun dipotret. Di antaranya cenderawasih kuning kecil, cenderawasih antena 12 atau mati kawat dan cendrawasih raja atau king of paradise.
Selain itu wisatawan juga dapat mengamati burung khas Papua lainnya, seperti Mambruk, Kakatua, dan Nuri.
โMambruk yang sudah mulai kita kembangkan lagi karena sudah mulai punah, termasuk cenderawasih,โ ujarnya.
Waisimon menjelaskan sejauh ini wisatawan asing yang datang ke โBird Watching Isyo Hillsโ berasal dari Amerika Serikat, Kosta Rika, New Zealand, Australia, Jepang, dan Cina. Sedangkan wisatawan lokal dari orang Indonesia belum terlalu tertarik.
โDalam setahun bisa hingga 400 tamu,โ katanya.
Bagi wisatawan yang hendak melihat atau memotret burung cenderawasih langsung di alam hanya dilakukan pukul 5 hingga 6 pagi dan pada pukul 2 hingga 4 sore. Sekali pengamatan wisatawan dikenakan tarif Rp150 ribu hingga Rp350 ribu.
โAda kita buat โtrackingโ untuk wisatawan menikmati alam dan mandi di kali,โ ujarnya.
Wisatawan juga dapat menginap di gazebo yang telah disediakan. Ada 24 kamar dengan tarif semalam Rp850 ribu dengan fasilitas sarapan dan trip ke dalam hutan melihat burung-burung di Rhepang Muaif.
Destinasi wisata pemantauan burung atau Bird Watching Isyo Hills sepenuhnya dikelola masyarakat. Waisimon memberdayakan masyarakat adat, terutama yang tidak berpendidikan untuk dilatih menjadi tenaga ahli. Kini ada 10 orang yang aktif membantu mengembangkan lokasi destinasi wisata pemantauan burung tersebut.
โKalau tenaga ahli tidak harus sekolah. Kita sebelum Covid-19 ada 30 orang, tapi setelah Covid-19 ada pengurangan, jadi sekarang ada 10 orang. Ada tamu mereka yang akan temani sambil belajar. Intinya mereka (masyarakat adat) bisa cari uang dari alam dan tidak harus ke kota,โ katanya.
Waisimon menaruh harapan besar dengan upaya tersebut masyarakat Papua dan seluruh Indonesia memahami bahwa satwa bukan untuk dipelihara di rumah, terutama burung-burung, akan tetapi harus dikembalikan kepada alam.
โOrang asing saja melindungi, masa kita punya kita tidak lindungi,โ ujarnya.
Ke depanya dengan melalui Hutan Isyo ini bisa menjadi contoh bagi orang Papua untuk datang belajar lewat sekolah alam yang sedang berjalan dan pulang ke kampung mereka dengan mendirikan ekowisata serupa.
โAda contoh besar yang bisa kita tiru dari Isyo untuk masyarakat adat di seluruh Tanah Papua. Itu harapan besar saya,โ katanya.
Kepala Seksi Konservasi Hutan Bidang Perlindungan Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua,Ahmad Saefudin mengatakan Pemprov Papua melalui Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua berupaya mendorong hutan adat Isyo menjadi kawasan ekosistem penting.
Penetapan sebagai upaya menjaga hutan dan melestarikan keanekaragam hayati yang ada di hutan adat Isyo.
โKami sudah beberapa kali pertemuan dengan Pak Alex Waisimon untuk bersama-bersama mendorong sebagai kawasan ekosistem penting,โ katanya kepada Jubi beberapa waktu lalu.
Jika nanti ditetapkan, katanya, maka hutan adat Isyo akan menjadi yang pertama sebagai kawasan ekosistem penting di Papua. Karena itu ia berharap semua pihak mendukung. (*)
Discussion about this post