Waropen, Jayapura – Kehidupan warga Kabupaten Waropen, Papua tidak lepas dari kekayaan alamnya.
Warga kabupaten Waropen yang dijuluki Negeri Seribu Bakau itu, menggantungkan hidupnya dari laut, hasil kebun, dan menokok sagu.
Sehari-hari sebagian besar warga Waropen memenuhi kebutuhannya dengan mencari bia (kerang), karaka (kepiting), udang, melaut (mencari ikan), berkebun dan menokok sagu.
“Kami cari bia di hutan-hutan bakau. Berjalan kaki cukup jauh. Memang penuh perjuangan. Namun apabila kita sabar, akan ada hasilnya,” kata salah seorang warga Kampung Waren II, Konstantina Buinei kepada Jubi, Rabu (20/07/2022).
Menurutnya, mencari bia, karaka, udang, ikan, berkebun, dan menokok sagu selain untuk dikonsumsi sendiri, juga dijual ke pasar untuk menunjang ekonomi keluarga, dan menyekolahkan anak-anak mereka.
“Dari hasil menjual bia, karaka, udang dan ikan, kami bisa mendapat Rp 5 juta setiap bulannya,” ujarnya.
Katanya, bia, karaka dan udang yang dihasilkan warga terkadang dikirim ke luar daerah jika ada permintaan. Misalnya ke Kabupaten Nabire, hingga Jayapura. Namun masih dalam jumlah terbatas, dan tidak secara rutin.
Konstantina Buinei mengatakan, untuk satu karung 10 kg bia yang kulitnya belum dipecahkan, dijual senilai Rp 100 ribu.
Sedangkan setumpuk bia yang kulitnya belum dipecahkan dihargai Rp 20 ribu.
Warga juga terkadang menjual bia, yang kulitnya telah dipecahkan. Sepiring kecil seharga Rp 20 ribu.
“Namun penghasilan Rp 5 juta perbulan belum dapat mencukupi kebutuhan keluarga, dan menyekolahkan anak. Sebab harga kebutuhan pokok terbilang cukup mahal. Untuk mencukupi kebutuhan, kami mesti melaut, berkebun dan menokok sagu,” ucapnya. (*)
Discussion about this post