Jayapura, Jubi – Waanal Brothers Football Club tampil impresif di babak 80 besar kompetisi Liga 3 Nasional. Klub asal Kabupaten Mimika, Papua Tengah itu belum terkalahkan dalam tiga laga Grup H yang dipusatkan di Pekalongan, Jawa Tengah. Tujuh poin sudah digenggam oleh klub berwarna kebesaran kuning hitam itu.
Waanal Brothers sementara memuncaki klasemen Grup H. Tujuh poin mereka raih dari hasil imbang lawan PSN Ngada (2-2) pada pertandingan pertama, 29 April di Stadion Hoegeng, lalu menang atas tuan rumah Persip Pekalongan (1-0) 1 Mei di Stadion Hoegeng, dan berpesta gol ke gawang PSBL Langsa (4-0), Jumat 3 Mei di venue yang sama.
Waanal masih menyisakan satu laga lagi menghadapi ASIOP yang akan dihelat pada Minggu 5 Mei mendatang. Klub berjulukan Anak dari Kampung Waa itu tak mau kehilangan tiga poin demi menggenggam tiket lolos ke babak 32 besar.
Sang manajer, Ray G. Manurung meminta timnya tetap tampil all out di laga terakhir. Ia tak mau bergantung dengan hasil pertandingan lainnya.
“Kita harus berikan yang terbaik karena kita tidak bisa bergantung pada tim lain. Terutama mental kita harus tetap terjaga,” kata Ray kepada Jubi, Jumat malam.
Ray berharap para pemain Waanal tetap bermain konsisten agar memuluskan langkah mereka ke babak berikutnya, seperti yang mereka torehkan saat menjuarai kompetisi Liga 3 Zona Papua, akhir tahun 2023 lalu.
“Nantinya, hanya akan ada 6 tim terbaik yang lolos ke Liga 2, jadi kita harus tetap konsisten dan tetap jaga performa, seperti yang telah kita lakukan waktu di zona Papua kita unggul terus jadi jangan sampai bergantung sama tim lain, harus bisa bermain dengan baik dan terus menambah poin,” ujarnya.
Pelatih Waanal, Sahala Saragih menyebut tujuh poin yang diraih anak asuhnya pada tiga laga Grup H menjadi modal berharga bagi timnya untuk melangkah ke babak 32 besar. Namun ia tak mau jumawa, karena pertandingan terakhir menghadapi ASIOP akan menjadi penentu.
“Kita bersyukur bisa menang empat gol atas PSBL, dan itu menjadi under pressure buat lawan kita. Ada dua tim yang akan lolos dari masing-masing grup. Kita sebenarnya cukup seri saja sudah lolos ke babak 32 besar, tapi bagi saya yang penting kita bermain bagus itu akan jauh lebih bagus buat kami karena secara mental itu bisa menambah kepercayaan diri kita,” kata Saragih.
Ia mengungkapkan, skuadnya butuh recovery untuk mengembalikan stamina supaya maksimal saat menghadapi ASIOP di laga terakhir.
“Yang jelas, untuk pertandingan berikutnya kami butuh recovery yang bagus karena kita tim yang bermain empat kali dalam seminggu, itu untuk mengembalikan fisik anak-anak agar dipertandingan terakhir hari minggu lawan ASIOP kita sudah siap dari segi fisik atau mental,” katanya.
Target
Jalan Waanal Brothers ke babak 32 besar Liga 3 nasional terbuka lebar. Mereka memimpin klasemen Grup H di atas PSN Ngada dan tuan rumah, Persip Pekalongan. Jika menang ataupun imbang lawan ASIOP dipertandingan terakhir, satu tiket akan mereka genggam.
Datang ke Liga 3 nasional sebagai juara Zona Papua 2023, Waanal Brothers mengusung target tinggi, lolos ke kompetisi Liga 2 musim depan. Ini merupakan pengalaman pertama mereka berlaga di putaran nasional.
“Ini kedua kalinya kami ikut serta di Liga 3, tapi ini baru yang pertama kita lolos ke putaran nasional. Memang target kita kalau Tuhan izinkan kita berharap bisa lolos ke Liga 2, karena WBFC punya akademi yang sudah dibangun,” kata Ray Manurung.
Jika lolos ke Liga 2, Ray berharap WBFC bisa menjadi wadah atau pembuka jalan bagi talenta-talenta muda Papua, khususnya anak muda Mimika untuk meniti karier di lapangan hijau.
“Memang basecamp akademi kita masih di Bandung, nantinya akademi ini juga akan kita bawa ke Timika, untuk talenta-talenta kita di Papua. Kalau kita lolos ke Liga 2 tentunya akan membuka jalan buat anak-anak muda di Papua khususnya di Timika untuk maju di dunia sepak bola. Kita menargetkan klub Mimika bisa berkiprah di nasional,” ujarnya.
Pada kompetisi Liga 3 musim ini, manajemen Waanal mengikutkan dua klubnya. Selain Waanal Brothers, mereka juga mengikutkan Waanal Bintuka di Zona Jawa Barat. Hanya saja Bintuka gagal karena persaingan yang ketat.
“Jadi kita punya satu lagi Bintuka itu buat generasi muda kita yang mungkin nanti sebelum masuk ke profesional mungkin bisa ditempa di situ dulu, karena di Liga 3 Jawa Barat itu ada dua grup. Jadi cukup berat di sana,” ujar Ray.
Adik Ray, Jason Manurung yang mengemban tugas sebagi wakil manajer juga menargetkan Waanal lolos ke babak 6 besar demi membawa pulang tiket Liga 2 musim depan.
“Kita target bisa lolos ke babak 16 besar, babak 6 besar dan paling tidak bisa lolos ke Liga 2 tahun depan,” kata Jason.
Manurung Bersaudara
Sejarah terbentuknya Waanal Brothers atau WBFC berawal dari tim nasional pelajar U-15 Indonesia yang berangkat ke Portugal pada tahun 2019. Ketika itu, Ray Manurung didapuk jadi manajer.
“Berawal dari saya jadi manajer timnas U-15 pelajar 2019 ke Portugal, berasal dari situ kita bina terus anak-anak itu selama empat tahun sampai dengan saat ini. Saya merasa sayang saja kalau kita tidak membawa mereka untuk berprestasi. Itu yang kemudian membuat kita berkomitmen mendidik mereka, awalnya dari situ saja,” kata Ray.
Karena kecintaannya terhadap sepakbola, Ray lalu menginisiasi pembentukan sebuah klub dan akademi yang kemudian dinamakan Waanal Bintuka atau Waanal Brothers FC (WBFC). Pengelolaan klub sepak bola dan akademi WBFC kemudian ditangani oleh Ray dan tiga saudaranya, Joe, Jason dan Randi.
Empat bersaudara itu kompak mengurusi WBFC. Mereka mencintai sepakbola karena tumbuh besar di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah.
“Sebenarnya biasa saja, semua kan tahu bahwa kita di Papua bisa dibilang sepak bola ibaratkan sebuah agama, semua senang dan cinta bola. Kita ingin membawa nama Timika, kita tahu bahwa di Papua banyak talenta bagus,” ujar Ray.
“Di Waanal ini bukan masalah menang tapi yang nomor satu itu soal karakter, makanya di Waanal itu kita terapkan sportifitas di lapangan dan semua harus disiplin dan taat sama aturan.”
Manajemen Waanal melakukan pembinaan pemain dari usia dini. Akademi mereka masih bermarkas di Bandung, Jawa Barat. Manurung bersaudara memiliki impian untuk membawa akademi itu ke Mimika. Tak lupa dengan daerah asal mereka, Waanal Brothers didominasi oleh talenta asli Papua.
“Untuk generasi baru yang kita bina dari usia muda, itu saja sebenarnya program yang kita jalani, nanti juga akan kita jalankan di Timika. Saat ini anak Papua mendominasi tim kita. Mereka berasal dari Timika, Jayapura, rata-rata dari dua daerah itu, tapi ada juga yang dari Biak dan ada juga dari Dogiyai,” katanya.
Untuk mencetak pesepakbola andal di masa mendatang, manajemen WBFC menunjuk legenda sepakbola Indonesia, Rochy Putiray, untuk menangani langsung akademi mereka.
“Karena kita punya akademi makanya dia kita naikkan ke manajemen dan melatih usia muda kita. Karena perlu ada orang yang berkarakter di sana,” ujarnya.
Dengan pengelolaan yang bagus, WBFC hanya tinggal beberapa langkah menggapai impian mereka untuk menjadi klub pertama asal Mimika yang berada di pintu gerbang kompetisi Liga 2. (*)
Discussion about this post