Jayapura, Jubi – Tim Ahli Cagar Budaya atau TACB Kota Jayapura, Provinsi Papua, mengusulkan Gunung Srobu dari objek di duga cagar budaya ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal itu disampaikan Sekretaris Tim Ahli Cagar Budaya atau TACB Kota Jayapura, Provinsi Papua, Grace Linda Yoku di Jayapura, Senin (8/4/2024).
Setelah menggelar FGD Cagar Budaya dengan tema “Layakkah Gunung Srobu didaftarkan sebagai Warisan Budaya di Kota Jayapura” di Grand Abe Hotel, Kota Jayapura, Rabu (27/3/2024) bersama peneliti, akademisi, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan pemerintah.
“TACB Kota Jayapura yang melakukan sidang dan mengusulkan ke Pemerintah Pusat agar situs Gunung Srobu ditetapkan sebagai cagar budaya, karena proses menjadi cagar budaya adalah harus teregistrasi di Pemerintah Pusat,” ujarnya.
Gunung Srobu ditemukan sejak 2014, namun belum ditetapkan sebagai cagar budaya karena butuh proses, seperti pendaftaran, pengkajian, rekomendasi, dan penetapan untuk diberikan perlindungan hukum secara fisik melalui proses penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pemugaran, dan pengelolaan.
“Setelah melaksanakan FGD, tim akan melakukan delinasi atau pengukuran panjang, lebar, dan tinggi, setelah itu dilakukan sidang dengan menghadirkan Ketua TACB Tingkat Nasional dalam rangka pengusulan menuju penetapan,” ujarnya.
Tugas TACB Kota Jayapura adalah pemberian status cagar budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruan geografis yang dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten berdasarkan rekomendasi TACB.
“TACB adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan cagar budaya,” ujarnya.
“Srobu ini bisa kita tetapkan sebagai cagar budaya karena merupakan pertemuan dua ras antara Mongolia dan Negroid. Hal ini berdasarkan fosil yang ditemukan di Gunung Srobu,” ujar Yoku yang juga menjabat sebagai Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura.
Situs Gunung Srobu layak ditetapkan sebagai cagar budaya
Salah satu tim Badan Riset dan Inovasi Nasional Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Organsiasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, Erlin Novita Idje Djami, mengatakan Gunung Srobu layak ditetapkan sebagai cagar budaya karena identitas bangsa.
“Di situ kita bisa belajar lahirnya multikulturalisme, kehidupan bergotong royong, sifat menerima kelompok baru ketika terjadi akulturasi,” ujarnya.
Gunung Srobu seluas dua hektar lebih berdiri megah di Teluk Youtefa, dengan ketinggian antara dua meter hingga 98 meter diatas permukaan air laut, yang dikelilingi oleh Kampung Nafri, Kampung Enggros, dan Kampung Tobati.
“Selama 450 tahun atau sejak tahun 1730 mereka (masyarakat) tinggal di situ (Gunung Srobu) atau pada abad ke-4, yang saat itu masa peralihan dari prasejarah akhir ke masa sejarah.
Gunung Srobu juga menyajikan peninggalan budaya bercorak megalitik untuk kawasan wilayah Pasifik sangat lengkap dan komplit untuk memberikan gambaran sejarah peradaban manusia,” ujarnya.
“Bahkan di wilayah Indonesia, Gunung Srobu juga menyajikan kebudayaan megalitik yang sangat komprehensif dengan pola kehidupan manusia dan pendukungnya, dan itu sangat jarang kita temukan di wilayah Nusantara ini,” ujarnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 dinyatakan secara tegas bahwa program pelestarian cagar budaya mencakup lima tujuan utama, yaitu melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia, meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui cagar budaya.
Erlin berharap Gunung Srobu segera ditetapkan sebagai situs cagar budaya agar tidak punah atau hilang seiring perkembangan zaman, sekaligus memberitahukan pada dunia tentang identitas Papua sehingga tidak lagi dipandang sebelah mata.
“Di situs Gunung Srobu kita bisa melihat sejumlah struktur megalitik yang berkaitan dengan aktivitas pemujaan atau penguburan, tumpukan kerang yang sudah hampir mendominasi situs, dolmen, menhir, arca, besi, cangkang moluska, gigi manusia, gigi binatang, tulang, fragmen gerabah, dan memiliki peralatan batu yang sangat bervariasi,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura, Matias Benoni Mano, mengatakan Gunung Srobu salah satu tempat bersejarah yang layak dijadikan cagar budaya agar tetap lestari dan memberikan manfaat atau sumber perekonomian bagi masyarakat.
“Dengan gencar mempromosikan tempat wisata secara maksimal dapat menarik wisatawan lokal, nasional, dan mancanegara untuk datang berwisata ke Kota Jayapura,” ujarnya.
Kota Jayapura adalah salah satu wilayah Timur Indonesia yang memiliki banyak keindahan alam untuk dijadikan sebagai tempat liburan bersama keluarga maupun kerabat.
“Mari kita bangga berwisata di Indonesia saja khususnya ke Kota Jayapura, tidak usah kemana-mana. Kita saja punya banyak tempat wisata yang harus dan layak untuk dimasukkan dalam daftar kunjungan wisata,” ujarnya.
“Saya sangat mendukung situs Gunung Srobu ini dijadikan sebagai cagar budaya karena sebagai kekayaan bangsa yang penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan,” ujarnya. (*)
Discussion about this post