Jayapura, Jubi – Gunung Srobu layak ditetapkan cagar budaya karena identitas bangsa. Di sana bisa belajar lahirnya multikulturalisme, kehidupan bergotong royong, sifat menerima kelompok baru ketika terjadi akulturasi.
Hal itu disampaikan salah satu tim Badan Riset dan Inovasi Nasional Pusat Riset Arkeologi Prasejarah dan Sejarah Organsiasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, Erlin Novita Idje Djami, dalam kegiatan FGD Cagar Budaya dengan tema “Layakkah Gunung Srobu didaftarkan sebagai Warisan Budaya di Kota Jayapura” di Grand Abe Hotel Jayapura, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Rabu (27/3/2024).
Gunung Srobu seluas dua hektare lebih berdiri megah di Teluk Youtefa, dengan ketinggian antara dua meter hingga 98 meter di atas permukaan air laut, yang dikelilingi oleh Kampung Nafri, Kampung Enggros, dan Kampung Tobati.
“Selama 450 tahun atau sejak tahun 1730 mereka (masyarakat) tinggal di situ (Gunung Srobu) atau pada abad ke-4, yang saat itu masa peralihan dari prasejarah akhir ke masa sejarah. Gunung Srobu juga menyajikan peninggalan budaya bercorak megalitik untuk kawasan wilayah Pasifik sangat lengkap dan komplit untuk memberikan gambaran sejarah peradaban manusia,” ujarnya.
Gunung Srobu ditemukan sejak 2014, namun belum ditetapkan sebagai cagar budaya karena butuh proses, seperti pendaftaran, pengkajian, rekomendasi, dan penetapan dan diberikan perlindungan hukum secara fisik melalui proses penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, pemugaran, dan pengelolaan.
“Bahkan di wilayah Indonesia, Gunung Srobu juga menyajikan kebudayaan megalitik yang sangat komprehensif dengan pola kehidupan manusia dan pendukungnya, dan itu sangat jarang kita temukan di wilayah nusantara ini,” ujarnya.
Erlin berharap Gunung Srobu segera ditetapkan sebagai situs cagar budaya agar tidak punah atau hilang seiring perkembangan zaman, sekaligus memberitahukan pada dunia tentang identitas Papua sehingga tidak lagi di pandang sebelah mata.
“Di situs Gunung Srobu kita bisa melihat sejumlah struktur megalitik yang berkaitan dengan aktivitas pemujaan atau penguburan, tumpukan kerang yang sudah hampir mendominasi situs, dolmen, menhir, arca, besi, cangkang moluska, gigi manusia, gigi binatang, tulang, fragmen gerabah, dan memiliki peralatan batu yang sangat bervariasi,” ujarnya.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Abdul Majid, mengatakan Pemerintah Kota Jayapura telah memiliki Tim Ahli Cagar Budaya terverifikasi sebagai upaya perlindungan situs Gunung Srobu.
“Saya berharap Situs Gunung Srobu ini, memberikan manfaat terutama sebagai daya tarik wisata sekaligus sebagai tempat edukasi ke depan tanpa harus mengorbankan pelestariannya,” ujarnya.
Asisten I Bidang Pemerintahan Setda Kota Jayapura, Evert Nicholas Merauje, mewakili Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, berharap dengan ditetapkannya situs Gunung Srobu sebagai cagar budaya berdampak pada perekonomian dan pariwisata.
“Gunung Srobu ini adalah potensi unggulan. Ke depan kita akan melihat, bukan hanya dari Papua bahkan Indonesia tapi juga masyarakat di penjuru dunia datang berbondong-bondong untuk mengunjungi situs Gunung Srobu,” ujarnya. (*)
Discussion about this post