Jayapura, Jubi – Tribute to Rio Grime akan berlangsung pada 2 November 2024 mendatang di lapangan PTC Entrop Kota Jayapura. Acara itu untuk mengenang Rio Grime, kelompok musisi legendaris asal Papua yang berdiri di Jakarta era 1990-an dan telah menelorkan beberapa album.
Salah satu personel Rio Grime, Jack Demeteouw mengatakan bahwa Tribute to Rio Grime akan berlangsung di Jayapura namun para personel tidak akan tampil menyanyikan lagu-lagu mereka. “Kita hanya menonton dan menyaksikan kelompok musisi muda di Jayapura yang tampil membawakan lagu-lagu Rio Grime,” katanya kepada jubi.id Sabtu (19/10/2024) di Dok IX Atas Kota Jayapura.
Generasi masa kini perlu tahu ada kisah dibalik kesuksesan Rio Grime sejak era 1990-an hingga memasuki 2000-an. Ternyata ada peran musisi Papua putra kandung dari Gubernur Provinsi Irian Barat 1963-1964 Eliezer Bonay yaitu mendiang Akon Merdi Bonay. Ia memulai kariernya bersama Pemuda GKI Rayon Calvary GKI Paulus Dok V kala itu.
Waktu itu Akon Bonay bersama pemuda di wilayah Angkasa Kota Jayapura menggarap tarian kontemporer berjudul Tarian Huembello jelang peringatan Hari Sumpah Pemuda di era 1970-an bertepatan dengan suksesnya Black Brother membawakan lagu Huembello bersama penyanyi waktu itu David Rumagesan saksofon dan vocalis Black Brothers.
Memasuki era 1980-an, Akon Bonay berangkat mengadu nasib di ibukota. Di Jakarta ia bertemu dengan rekan-rekannya sesama Papua dari Kota Jayapura, antara lain Dicky Mamoribo, Ian Gebze, Coca (drum) , Becequ Muabuay, William Rumbewas dengan menejer Paul Manggara kala itu membentuk Grup Band bernama Airmood, pada 1980-an.
Untuk bersaing di kancah musik Indonesia kala itu Akon Bonay dan kawan-kawan dari Airmood sempat ikut seleksi masuk ke Aneka Ria Safari milik Stasion TVRI yang menjadi ajang pencarian bakat musisi. Airmood Band lolos setelah mendapat penilaian dan diuji oleh musisi senior Indonesia Christ Patikawa sehingga mereka boleh tampil di TVRI.
Adapun lagu-lagu karya mereka antara lain ‘Tiket Bis Malam’, Beladonna, Mendung dalam irama musik city pop. Airmood merilis dua album; 1981 & 1984 dengan repertoire seperti : Masuk Putih Keluar Hitam, Gaya Intermeso, Tiket Bis Malam, Pasrah Ombak Putih, Unlike Woman dan The Man Come Upon The Town.
Abresso dan Rio Grime
Selain bersama Airmood, Akon Merdi Bonay dan juga Dicky Mamoribo serta Robby Wambrauw juga bermain bersama Grup Band Abresso. Group ini termasuk sebagai salah satu pelopor musik reggae di Indonesia yang memang tidak hanya sekedar urban legend.
Apalagi waktu itu Ian Chris Gebze dengan Kasuari Enterprise sejak 1990-an hingga tahun 2000 setiap tiga bulan selalu menampilkan musisi-musisi Papua dalam Reggae Night di Taman Impian Jaya Ancol. Padahal waktu itu music reggae belum terlalu akrab di telinga warga Indonesia. Tetapi Ian Gebze nekad memelopori Reggae Night Music di Ancol Jakarta.
Selain sibuk bermusik di Airmood dan Abresso, Akon Merdi Bonay juga ikut mengaransemen musik dari Rio Grime. Nama Rio Grime ini terinspirasi dari nama sebuah sungai atau Kali Grime di Nimboran, Kabupaten Jayapura. Sungai Grime adalah sungai yang cukup besar dan panjang yang mengalir di wilayah Kemtuk, Gresi dan Nimboran. Apalagi dalam buku Seruling Emas ciptaan IS Kijne ada lagu tentang Kali Grime.
“Agar namanya semakin keren, kalinya diganti dalam bahasa Spanyol Rio Grime dengan model tulisan mirip Grup Band asal USA Chicago,” kata Ruben Bonay adik kandung Akon Merdi Bonay yang memberikan nama Rio Grime kala itu.
Group Rio Grime ini lahir sekitar era 1980-an. Grup ini muncul hampir bersamaan dengan lahirnya Grup Band Airmood dimana saat itu Akon Merdi Bonay, Ian Christ Gebze, Dicky Ian Mamoribo, Coca, Willy Rumbewas dan Beaceque Muabuay tampil di awal 1980-an hingga 1990-an. Bersamaan itu pula mendiang Daniel Wanda waktu itu didaulat menjadi manejer Rio Grime dan masuk dapur rekaman didampingi arranger Akon Merdi Bonay.
Adapun personil Rio Grime waktu itu antara lain Mechu Imbiri, Jack Demetouw, alm Wiliam Sawaki, alm Agus Bonay dan alm Bob Kaiba. Memasuki volume kedua dan ketiga tampilah Andy Denny Manobi menggantikan posisi Agus Bonay serta Dicky Mamoribo dan Robby Wambrau mendukung Akon Merdi Bonay dalam mengaransemen semua lagu-lagu Rio Grime.
Selain itu mendiang Hengky Wanda dalam backing vocal dan juga menulis beberapa syair lagu, berjudul “Rasama dan Isak I” untuk mengenang saudaranya meninggal di Jakarta.
Di era 1990-an Ian Chris Gebze dengan Kasuari Enterprise merintis music reggae di Jakarta dengan titel “ Reggae Night di Taman Impian Ancol Jakarta setiap tiga bulan. Melalui acara reggae night di Ancol tampil pula grup-grup muda Delta Lima Lima pimpinan Paul Gebze dan Emergency Band dari Bandung pimpinan Edy Mangun Mardjuki dan kawan-kawan.
Rio Grime dan juga Abresso tampil dengan penyanyi asal Jamaika, Jimmy menyanyikan lagu lagu berirama reggae yang ketika itu di Jakarta dan Indonesia masih kurang penikmat dan pecintanya. Sejak itulah musik reggae mulai dikenal dan mulai diminati orang-orang Indonesia sampai sekarang.
Akon Merdi Bonay meninggal di Jayapura pada 24 April 2013,saat itu ia bersama Rio Grime hendak tampil di Sarmi bersama dengan keyboard Dicky Mamoribo. Ia meninggalkan seorang istri dan kedua putrinya yang sudah tumbuh dewasa sekarang.
Bagi kedua saudara kandungnya yang masih ada, Zakeus dan Ruben Bonay mengatakan tribute Rio Grime 2017 di Jakarta agak berbeda dengan yang ada di Jayapura sekarang. Dia tak hanya bilang dari keluarga Akon dan Agus aransemen dan vokalis tenor Rio Grime tidak akan menghadiri acara tribute 2024 di Kota Jayapura. Dia hanya bilang jangan lupakan peran kedua saudaranya dalam grup musik Rio Grime. Biarlah Rio Grime menjadi warisan sejarah musik bagi warga dan pencinta musik di tanah Papua. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!
Sangat menarik sekali artikelnya, 100% saya beri nilai. Bravo??? and salam 1 Pena Jurnalis✍️.