Wamena, Jubi – Sekretaris Umum Sinode Gereja Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (Kingmi) di Tanah Papua, Pdt. Dominggus Pigai, dan anggota DPR Papua dari Fraksi Nasdem, Namantus Gwijangge, mengecam penggeledahan disertai kekerasan terhadap hamba Tuhan yang dilakukan oleh tim gabungan aparat kepolisian dan Satgas Damai Cartenz 2023.
Penggeledahan disertai penganiayan tersebut dilakukan di kantor Klasis Gereja Kingmi Keneyam, ibukota Kabupaten Nduga, Provinsi Pegunungan Papua, pada Minggu (17/9/2023), sekitar pukul 23.30 Waktu Papua.
Saat dihubungi Jubi di Wamena, Jumat (22/9/2023), Pdt. Dominggus Pigai mengatakan Kingmi termasuk salah gereja tertua di wilayah pegunungan tengah Papua. Gereja Kingmi hadir sejak 20 April 1994.
“Kami mengecam apa yang dilakukan aparat keamanan. Tidak boleh lagi ada penyiksaan, kekerasan, pembunuhan, pembantaian, teror, intimidasi, tindakan kriminal, pembunuhan, dan penangkapan secara liar terhadap warga sipil Nduga maupun terhadap rakyat Papua pada umumnya,” kata Pdt. Dominggus Pigai.
Pdt Pigai menegaskan pada prinsipnya gereja tidak terima atas tindak kekerasan terhadap Ketua Klasis Gereja Kingmi Keneyam, Pdt. Zakeus Kogoya, dan Badan Pengurus Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua yang juga sebagai ketua penginjilan, Pdt. Lazarus Elopere dan Pdt Nataniel Tabuni.
“Perbuatan itu sangat bertentangan dengan prinsip Injil, hak asasi manusia, dan prinsip budaya,” kata Pdt Pigai.
Pdt Pigai mengatakan waktu pertama Injil masuk, para Misionaris tidak pernah melakukan pembunuhan atau menembak orang asli Papua.
“Sekarang, pemerintah Indonesia masuk, atas nama pembangunan, mereka pukul, tembak, dan aniaya rakyat Papua. Tidakan atau praktek-praktek itu atas nama Injil tetapi seolah-olah negara ini hidupkan kembali praktek-praktek kegelapan di masa lalu,” ujarnya.
Pdt Pigai mempertanyakan apa yang ingin dicapai negara dengan memperbanyak kekerasan di Tanah Papua.
“Apa yang negara mau bangun jika rakyatnya saja terus diperlakukan tak terpuji dan bertentangan dengan hukum Tuhan,” ujarnya.
“Saya punya umat tidak boleh mati sia-sia dengan alasan apa pun. Tidak boleh ada kekerasan, diskriminasi, pembunuhan, pembantaian, semuanya stop! Mengapa? Karena Injil melarang hal itu semua,” tegasnya.
“Saat ini kita juga sedang berada dalam suasana duka atas penembakan lima warga sipil di Yahukimo oleh aparat penegak hukum, sepekan lalu,” ujarnya.
Sementara itu, anggota DPR Papua dari Fraksi Nasdem, Namantus Gwijangge, mengatakan Kapolres Nduga dan Ops Damai Cartenz telah mencederai institusi Polri dan membangun rasa antipati masyarakat terhadap lembaga itu atas tindakan tidak terpuji dan tidak manusiawi terhadap hamba Tuhan.
“Kami mendapatkan laporan dari korban, Pdt. Zakeus Kogoya, bahwa ada salah seorang anggota Brimob mengeluarkan kata-kata yang masuk kategori ujaran kebencian terhadap hamba Tuhan,” ujar Gwijangge.
Hal serupa, sambung Gwijangge, juga pernah dialami Ketua DPRD Kabupaten Nduga, Ikabus Gwijangge. Ada anggota Brimob dari operasi Cartenz Damai mendatangi Ikabus Dwijangge dan mengatakan ‘DPRD goblok ko diam. Kemana pun ko pergi, kami akan kejar ko’.
Hal itu juga dialaminya ketika ia mendatangi kantor Klasis Gereja Kingmi Keneyam saat kejadian itu berlangsung, ia hadir sebagai wakil rakyat, ia mengalami ujaran kebencian itu.
“Kami kecam atas tindakan keburutalan dan tidak manusiawi yang dilakukan oleh pihak aparat penegak hukum di negara ini,” katanya. (*)