Jayapura, Jubi – SMPN 2 Jayapura mewakili Provinsi Papua untuk mengikuti pameran Pekan Kebudayaan Nasional di Jakarta, pada 20-29 Oktober 2023.
“Kami kaget juga kalau bisa terpilih untuk mewakili Provinsi Papua. Tentunya senang dan bangga bisa tampil di event nasional,” ujar guru pendamping proyek presisi garam dari SMP Negeri 2 Jayapura, Polin Timisela, Jumat (29/9/2023).
Polin menjelaskan SMPN 2 Jayapura terpilih mewakili Provinsi Papua dalam event tersebut karena melakukan penelitian terhadap air laut untuk dijadikan garam.
“Anak-anak mengambil tema ini karena Kota Jayapura dikelilingi laut tapi kenapa di Papua sendiri tidak bisa menghasilkan garam. Di situlah timbul inspirasi untuk mencoba dan mereka sangat antusias,” ujarnya.
Ada tiga tempat yang diambil sebagai sampel untuk uji kadar garam, yaitu Pantai Base-G, Pantai Holtekamp, dan Pantai Hamadi. Pertimbangannya ketiga area itu belum terlalu tercemar. Namun, yang dianggap bagus adalah Pantai Base-G karena lautan lepas dan tidak terlalu banyak sungai.
“Jadi, untuk Pantai Base-G sendiri, kami sudah cek kadar garam di laboratorium Balai POM Jayapura, kadar air garam Pantai Base-G itu lebih tinggi dari standar nasional. Standar maksimal SNI kadar garam itu 7, sedangkan Pantai Base-G kadar airnya 8. Jadi sudah melebihi batas normal,” ujarnya.
Cara pembuatannya, dikatakan Polin, dengan penguapan, yaitu air laut dimasak sampai kering dan belum ditambahkan zat pendukung untuk mengetahui apakah mengandung kadar garam atau tidak.
“1 kilogram garam ditambahkan 30 ml yodium. Kami sudah mencoba kadar air laut di Pantai Holtekamp dan Pantai Hamadi, namun kadar airnya lebih tinggi,” jelasnya.
“Kenapa kadarnya lebih tinggi karena alat yang kami gunakan sederhana saja, yaitu hanya menggunakan kompor. Ke depan kalau sudah menggunakan peralatan yang modern saya yakin kadar airnya sesuai standar nasional,” ujarnya.
Polin berharap ada banyak proyek yang akan dihasilkan oleh siswa-siswa Papua, teristimewa dari SMP Negeri 2 Jayapura. Selain itu, ada pabrik garam agar tidak bergantung impor dari luar daerah sekaligus menambah lapangan pekerjaan.
“Awalnya kami satu tim ada 12 orang tapi tinggal lima anak [empat perempuan dan satu laki-laki]. Sekarang mereka sudah kelas 9. Waktu kami membuat proyek ini, anak-anak kami ini masih kelas 7 pada tahun 2021, waktu itu masih pandemic Covid-19,” jelasnya.
Kepala SMP Negeri 2 Jayapura, Dorthea Carolien Enok, mengatakan penelitian terhadap air laut untuk dijadikan garam merupakan salah satu implementasi program Presisi atau model pendidikan kontekstual berbasis proyek guna membentuk karakter peserta didik yang mandiri.
Selain itu, Presisi juga merupakan model pembelajaran dengan cara pendekatan eksploratif, yaitu siswa berperan sebagai pelaku utama dalam pembelajaran untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan baru dengan melakukan kajian atas fenomena di sekitar.
“Penelitian garam ini sangat penting untuk menambah wawasan peserta didik kami, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk menjadi seorang peneliti atau research,” katanya.
Ditambahkannya, selain mengikuti pameran Pekan Kebudayaan Nasional, salah seorang siswa SMPN 2 Jayapura juga ikut bersaing di tingkat nasional komitmen bersama membangun ekosistem sekolah sadar sampah dan dua siswa SMPN 2 Jayapura mewakili Papua dalam kegiatan Gala Siswa Indonesia atau GSI.
“Jadi, kami ada tiga event nasional yang harus kami ikuti. Kami sangat bangga. Saya berharap guru dan siswa tidak berpuas diri tapi terus berinovasi dan kreatif agar berdaya saing dan unggul, sehingga SMP 2 Jayapura tetap jaya, jaya, dan jaya,” pungkasnya. (*)