Jayapura, Jubi – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura menggelar kegiatan pembuatan buku cerita rakyat Port Numbay untuk menunjang literasi.
“Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini adalah upaya pengembangan kebudayaan, yakni untuk meningkatkan atau mempertahankan hukum budaya yang ada dalam masyarakat agar dapat terjaga kelestariannya sehingga tidak punah,” ujar Ketua panitia kegiatan, Hadiman Asso.
Kegiatan yang berlangsung di Grand Abe Hotel Jayapura, Kamis (3/8/2023), menghadirkan kepala pampung, tokoh masyarakat adat Port Numbay (Kota Jayapura), perwakilan MKKS, dan K3S SD, dan narasumber dari Balai Bahasa Papua.
“Sebagai media pembelajaran mengenai identitas dan ciri khas kampung-kampung yang bersangkutan, dan untuk memperkokoh suatu masyarakat melalui nilai-nilai sosial dan budaya,” ujar Hadiman Asso yang juga menjabat sebagai Kepala Seksi Sejarah dan Keburpakalaan Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura.
Sasaran untuk buku cerita rakyat adalah masyarakat kampung dan sekolah-sekolah di Kota Jayapura, berupa pengumpulan data dengan mengunjungi 10 wilayah kampung di wilayah Kota Jayapura yang sudah dilaksanakan dari tanggal 24-28 Juli 2023.
“Sebelumnya kami sudah menggelar rapat koordinasi teknis agar pembuatan buku cerita rakyat Port Numbay dapat berjalan dengan lancar, karena cerita rakyat banyak ajaran tentang etika dan moral yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi masyarakat,” ujarnya.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Abdul Majid, mengatakan pemenuhan literasi merupakan amanat yang harus diemban oleh Pemerintah Kota dan Kabupaten dalam rangka penguatan literasi di sekolah-sekolah.
“Kegiatan ini merupakan upaya ikhtiar Pemerintah Kota Jayapura untuk mendekatkan bahasa daerah sebagai bahasa ibu sebagai penguat dasar literasi bahasa nasional bahasa Indonesia,” ujarnya.
Didampingi Kepala Sub Bagian Kepegawaian Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Batseba Itaar, Abdul Majid berharap melalui kegiatan tersebut dapat menghimpun cerita rakyat sesuai ciri khas masing-masing yang tersebar di 14 kampung.
“Sedang dihimpun. Jumlah pastinya belum bisa kami sampaikan tapi paling tidak ini cerita-cerita rakyat dari berbagai kampung-kampung baik dari versi bahasa asli maupun diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi sumber literasi di perpustakaan-perpustakaan baik di jenjang Sekolah Dasar maupun jenjang yang lebih tinggi,” jelasnya.
Narasumber pembuatan buku cerita rakyat Port Numbay, Antonius Maturbongs, menyarankan agar menghindari unsur kekerasan, SARA, dan sebagainya karena sasarannya cerita rakyat tersebut adalah siswa-siswi jenjang SD dan SMP.
“Saya diminta untuk membimbing peserta untuk bagaimana menyusun atau menulis cerita-cerita rakyat yang tersebar di Kota Jayapura ini untuk dijadikan sebagai bahan literasi,” ujar Antonius yang juga Widya Bahasa pada Kantor Balai Bahasa Papua.
Dalam pembuatan buku cerita rakyat, lanjut Antonius, memberikan arahan teknik penulisan yang baik agar masyarakat atau peserta yang hadir bisa memahami bentuk penulisan cerita rakyat yang baik sehingga mudah dimengerti.
“Jadi, harus menggunakan bahasa yang baik sehingga tidak menimbulkan unsur-unsur SARA dalam sebuah cerita, dan cerita ini harus menarik, karena rencana akan dicetak dalam dua versi baik versi bahasa Indonesia maupun versi bahasa daerahnya yang ada di Kota Jayapura,” katanya. (*)