Jayapura, Jubi – Semakin banyak orangtua di Kota Jayapura membiarkan anak usia dini mereka menggunakan gawai atau bermain gawai atau telepon pintar dalam waktu yang lama. Padahal, penggunaan gawai atau telepon pintar yang berlebihan akan membawa dampak buruk bagi perkembangan sosial anak usia dini.
Salah satu orangtua anak usia dini, Sania mengakui ia sering membiarkan anaknya yang berusia empat tahun untuk bermain gawai. Sania menuturkan ia akan memberikan gawai jika anaknya menangis, agar sang anak tidak mengganggu pekerjaannya.
“Saya biasa kasih pas saya ada kerja sesuatu. Daripada anak itu menangis, lebih baik bujuk pake gawai, biar anak itu main permainan dan saya bisa kerja. Kalau dia main sampai tartidur, baru saya angkat gawai dari dia,” ujarnya.
Orangtua anak usia dini lainnya, Wati menggunakan gawai sebagai hiburan untuk anaknya menonton ataupun main permainan. Menurutnya, anaknya biasa menangis, dan salah satu hiburan yang bisa membuat anak berhenti menangis adalah gawai.
“Saya biasa berikan gawai kepada anak saya, karena dia suka menangis main. [Ia akan memainkan] permainan, kalau tidak biasanya [dia] nonton. Saya mau ambil [untuk batasi, tapi dia] tra mau kasih. [Kalau gawai itu saya ambil] dia menangis, jadi sudah kasih saja,” katanya.
Lain halnya dengan Enjel, orangtua anak usia dini lainnya di Kota Jayapura. Ia mengatakan ia sering berikan batas waktu kepada anaknya saat bermain gawai. Ia mulai mengajarkan ada waktu belajar dan waktu main gawai.
Batas waktu yang ia diberikan untuk anaknya bermain permainan di gawai dari jam 17.00 sampai jam 18.00 WP. “Anak itu kita harus berikan batasan waktu. Itu juga untuk kesehatan anak. Kita sebagai orangtua harus mengawasi. Tapi kadang anak menangis, kita bujuk pakai gawai, sadar dan tidak sadar kita membuat anak itu malas,” ujarnya.
Pengajar Ilmu Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Dr Yosefina Marijke Watofa Spsi Mpsi mengingatkan bahwa orangtua anak berusia dini harus membatasi penggunaan gawai oleh anak mereka. Pasalnya, penggunaan gawai secara berlebihan akan berdampak buruk kepada perkembangan sosial anak.
”Anak main gawai ,orangtuanya harus disamping [untuk mendampingi]. Buat semacam jadwal, misalnya [anak hanya bermain gawai pada] hari libur sekolah [seperti] Sabtu dan Minggu. Harus ada batasan [waktu bagi anak untuk bermain gawai],” ujar Watofa di Kota Jayapura, Provinsi Papua, Jumat (25/9/2023).
Menurut Watofa, anak yang menggunakan atau bermain gawai secara berlebihan bisa mengalami keterlambatan bicara, kesulitan untuk berkonsentrasi, gangguan kesehatan, memiliki ikatan yang kurang kuat dengan orangtuanya, dan bisa mengalami masalah kesehatan mental.
Watofa menyatakan anak berumur kurang dari dua tahun sebaiknya tidak diizinkan bermain gawai, televisi, ataupun komputer. Anak-anak yang berumur di atas dua tahun sebaiknya hanya diizinkan menggunakan atau bermain gawai selama dua jam per hari.
Ia menekankan setiap anak tidak boleh dibiarkan bermain komputer atau gawai selama seharian. “Hindari pemasangan komputer pribadi di kamar, dan temani anak saat menggunakan gawai, diskusikan [hal itu] dengan anak,” ujarnya.
Menurutnya, tumbuh kembang anak pada usia dini sangat rentan, karena anak akan menangkap dan menyerap banyak informasi yang didapatkannya, baik itu informasi yang positif maupun negatif. Watofa mengingatkan bahwa penting bagi setiap orangtua untuk mengawasi tumbuh kembang anak, terutama saat anak berusia dini. (*)