Jubi, Jayapura – Loyalitas jurnalis ada pada masyarakat atau publik, karena itu seorang jurnalis harus menempatkan masyarakat sebagai sumber utama. Menjaga kedaulatan dan hak-hak bersama.
Seperti di Papua, tugas utama dalam melakukan jurnalisme adalah menjaga loyalitasnya di tengah persoalan politik Papua. Hal ini disampaikan Jurnalis Jubi Papua, Hengky Yeimo dalam materi Kebebasan Ekspresi Wartawan pada Sekolah Jujur Bicara (SeJubi) Papua. Sabtu, (04/11/2023)
SeJubi adalah program in house training yang dirancang direksi Jubi bagi calon reporternya.
“Kebenaran akan hidup sebagai benteng di antara berbagai konflik termasuk konflik politik Papua. Jadi loyalitas wartawan tetap terjaga,” katanya.
Apapun yang terjadi di lapangan harus beritakan keterangan kebenarannya. Jadi, kata Yeimo, aktivitas wartawan dinilai publik sesuai data dari kejadian yang dimaksud.
“Seperti di tanah Papua bahwa kebenarannya ada di masyarakat. Jadi kamu [15 calon wartawan] harus turun liput,” katanya.
Pers sebagai media kontrol sosial dimiliki seorang wartawan, jadi, menurut Yeimo, pers berfungsi untuk menyampaikan peristiwa atau keadaan yang menyalahi aturan, tidak pada tempatnya yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Lanjut Yeimo, selain pers sebagai media kontrol sosial, wartawan di Papua harus mampu bedakan persoalan-persoalan, mulai dari politik, ekonomi, hukum dan lain-lain.
“Kalau masalah politik ya politik saja, kalau agama ya agama saja, dan kalau hukum ya hukum saja. Jadi jangan samakan.”
Apapun yang terjadi, jurnalis untuk mengedepankan urusan dan kepentingan masyarakat dibanding lainnya.
“Jadi kamu harus hindari berita titipan. Misalnya orang bayar agar persoalan merugikan bagi orang itu tidak dimediasi. Di situ kualitas kamu diuji,” kata Yeimo. (CR-12)