Jayapura, Jubi – Pendiri Papua Language Institute, Samuel Tabuni, menyatakan pendidikan menjadi sangat penting sebagai fondasi untuk membangun Papua. Para orang tua diminta mendorong anak-anaknya untuk bersekolah hingga ke perguruan tinggi.
Hal itu disampaikan Tabuni dalam diskusi “Pendidikan di Papua di Mata Samuel Tabuni” yang diselenggarakan Peace Literacy Institut Indonesia di Papua dan Lembaga Riset Ekonomi Politik Papua, di Kota Jayapura, pada Selasa (28/11/2022).
Pendiri Universitas Internasional Papua tersebut menyatakan upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat dalam memajukan pendidikan perlu didorong terus karena terbukti Papua masih terbelakang. Ia menyampaikan harus menjadi semangat bersama, harus dikerjakan bersama membangun Papua melalui pendidikan.
“Tanpa pendidikan yang baik tanpa keterlibatan orang-orang terdidik. Apalagi sekarang sudah menjadi lima provinsi. Saya kira pemerintah dan semua pihak harus kampanyekan pendidikan dan ini tidak boleh berhenti di kota-kota harus sampai ke kampung-kampung di seluruh Tanah Papua. Kita harus bekerja lebih lagi. Kalau di Jakarta dong belajar cuma dua jam, orang Papua harus lima jam untuk mengejar ketertinggalan,” ujarnya.
Samuel Tabuni menyatakan Papua dengan ratusan suku yang berbeda mempunyai tantangan tersendiri dalam memajukan pendidikan di Tanah Papua. Tabuni menyatakan perlu ada desain kurikulum yang kontekstual menyesuaikan dengan budaya di Papua.
“Kurikulum ini menjadi tantangan tersendiri karena Papua terdiri dari banyak suku. Kalau kabupaten yang satu suku, saya pikir bisa buat desain kurikulum kontekstual. Tapi kabupaten yang terdiri dari berbagai suku ini juga menjadi susah tapi harus diusahakan desain pendidikannya terutama pendidikan dasar karena itu yang paling penting membentuk orang Papua asli yang berkarakter dan beridentitas. Ini harus diperhatikan serius semua bupati di Tanah Papua,” katanya.
Tabuni menyatakan saat ini juga tantangan di Papua yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran pentingnya pendidikan sehingga semangat anak-anak Papua untuk belajar kurang.
“Sehingga anak-anak tidak punya daya juang sekolah sampai SMP hingga SMA bahkan ke perguruan tinggi. Bahkan lebih banyak orang tidak sekolah di Tanah Papua ini itu karena motivasi dasar di kampung itu kurang,” ujarnya.
Samuel Tabuni menyatakan untuk itu lebih penting saat ini pemerintah daerah mengedukasi orangtua melalui program atau inovasi-inovasi yang bisa menyakinkan orang-orang tua untuk anak-anaknya harus fokus sekolah.
Tabuni menyatakan masalah pendidikan tidak semua ditangani guru, maka orangtua harus ikut mengambil peran itu.
“Tidak bisa hanya guru saja karena orangtua itu guru pertama di kampungnya. Guru pun kalau orang Papua asli. Tapi orangtuanya tidak pernah arahkan anaknya ke sekolah kan sama saja,” katanya.
Samuel Tabuni juga menyatakan agar pemuda Papua mengambil peran membangun kesadaran sebab tanpa pendidikan orang Papua tidak bisa menjadi apa-apa di atas tanahnya.
“Walaupun di tanah kita, kita akan jadi penonton. Kita harus berpendidikan. Di dunia ini semua orang berjuang, tidak ada yang mudah untuk mencapai sesuatu apa lagi pendidikan. Kita harus berjuang,” ujarnya. (*)